Potret Parlemen Jalanan, Rawat Tradisi Perlawanan Mahasiswa

Selasa, 08 Oktober 2019 - 05:54 WIB
Potret Parlemen Jalanan, Rawat Tradisi Perlawanan Mahasiswa
Pameran foto bertajuk Potret Parlemen Jalanan, di Unitomo Surabaya, Jawa Timur, Senin (7/10/2019). Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Sebuah keranda menyayat hati berlapis kawat berduri, terpasang di area tengah lobby utama gedung perkuliahan Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya.

Foto-foto para aktivis mahasiswa yang gugur dalam memperjuangkan keadilan, tertempel di antara bercak merah kain keranda yang dikelilingi lilin bertabut bunga.

Lirik-lirik perlawanan seperti "Darah Juang", "Buruh Tani", hinga "Apa Guna", terus berkumandang mengiringi setiap langkah pengunjung yang menyaksikan satu persatu bingkai foto bertajuk "Potret Parlemen Jalanan".

Foto-foto tersebut merupakan karya para fotografer muda Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fotografi Communication Photography Club (Ciphoc) Unitomo Surabaya.

Potret Parlemen Jalanan, Rawat Tradisi Perlawanan Mahasiswa


Sedikitnya 30 foto tematik yang membingkai jejak-jejak perlawanan mahasiswa, buruh, tani dan organisasi pemuda lainnya, mereka pamerkan hingga 11 Oktober 2019 mendatang.

Ketua Umum Ciphoc, Ahmad Mukti, mengatakan pameran foto Potret Parlemen Jalanan ini merupakan salah satu upaya untuk merawat tradisi perlawanan rakyat Indonesia, khususnya mahasiswa. "Memotret untuk melawan," kata Mukti.

Menurutnya, dihadirkannnya karya visual kali ini sebagai bukti bahwa mahasiswa tidak tidur. Gempuran teknologi yang disertai fasilitas canggih didalamnya, dan dianggap melemahkan militansi mahasiswa ternyata hanya isapan jempol belaka.

Bahkan, potret-potret yang berseliweran di gawai mahasiswa milenial itu justru menggugah kesadaran untuk bergerak dan melawan tanpa komando elit.

"Foto-foto ini sebagai bukti, bahwa mereka mendidik rakyat dengan pergerakan dan mendidik penguasa dengan perlawanan," katanya.

Potret Parlemen Jalanan, Rawat Tradisi Perlawanan Mahasiswa


Sebagai penggiat fotografi, lanjutnya, anggota Ciphoc turut serta berada ditengah gemuruh massa yang melakukan perlawanan itu. "Perjuangan itu kan sektoral, kami berjuang dengan cara kami," ucapnya.

Ketua Pelaksana pameran Potret Parlemen Jalanan, Oky Abdul Saleh, menjelaskan, potret demonstrasi ini sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pameran ini sekaligus edukasi kepada masyarakat luas khususnya kalangan civitas akademik lewat bingkai foto.

"Foto yang kami pamerkan ini juga untuk mengingatkan pada para aktivis, bahwa kita masih harus mengawal tuntutan gerakan mahasiswa 2019, yakni soal RUU KUHP dan segala kebijakan UU kontroversial lainnya," tegasnya.

Potret Parlemen Jalanan, Rawat Tradisi Perlawanan Mahasiswa


Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Unitomo, Suyanto, mengapresiasi kreatifitas peserta didiknya. Menurutnya, potret parlemen jalanan yang dipamerkan ini sebagai wujud ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintah.

"Jika persoalan itu tidak dapat diselesaikan didalam gedung, maka parleman jalananlah caranya,"katanya.

Suyanto dan sejumlah civitas akdemika yang hadir dalam pembukaan pameran inipun, ikut mengepalkan tangan dan melantunkan lirik "Darah Juang" bersama puluhan mahasiswa.

Dengan khusyuk, mereka melakukan renungan dan menaburkan bunga pada keranda mayat sebagai simbol solidaritas atas matinya para aktivis mahasiswa saat berjuang melawan ketidakalilan.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6995 seconds (0.1#10.140)