Dihadapan 7.000 Mahasiswa UMM, Sri Mulyani Jelaskan Visi 2045

Kamis, 10 Oktober 2019 - 18:37 WIB
Dihadapan 7.000 Mahasiswa UMM, Sri Mulyani Jelaskan Visi 2045
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, memberikan orasi ilmiah di hadapan 7.000 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
MALANG - Indonesia di tahun 2045, diprediksi bakal menjadi kekuatan besar ekonomi dunia. Potensi menuju kekuatan ekonomi dunia tersebut, sudah dimiliki Indonesia.

(Baca juga: Sri Mulyani Dianugerahi UMM Jadi Tokoh Pemajuan Ekonomi Syariah )

Namun, bukan hanya potensi saja yang dimiliki tanah Nusantara, untuk menjadi negara besar di dunia. Berbagai hambatan dan kekurangan, juga siap memupus prediksi tersebut.

Segala potensi kekuatan, dan hambatan yang dihadapi Indonesia, untuk mewujudkan "Visi Indonesia Emas 2045" tersebut, dipaparkan secara gamblang oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyan di hadapan 7.000 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Pengajar tetap di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) tersebut, memberikan orasi ilmiah dengan tema "Menyongsong Indonesia Maju: Akselerasi Daya Saing melalui Inovasi dan Penguatan Kualitas SDM".

"Potensi Indonesia, untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, sangat besar. Proyeksinya, jumlah penduduk kita di tahun 2045 mencapai 319 juta jiwa, usia produktifnya 47%, penduduk urbannya 73%, ekonominya lima besar di dunia, kelas menengahnya mencapai 70%, pendapatan per kapita 23.199 dollar Amerika Serikat (AS)," terangnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjutnya, ada persyaratan yang harus dipenuhi, yakni infrastruktur yang layak menjadi penyokong mobilitas dan mendorong pembangunan, dan pengayaan inovasi teknologi yang berperan dalam menjawab tantangan industri ke depan.

Selain itu, ada tantangan pengelolaan tata ruang yang baik dan didukung oleh sistem yang integratif. Perlunya dilakukan penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan riset, program kesehatan, dan perlindungan sosial.

"Dibutuhkan pula reformasi birokrasi, untuk perbaikan kualitas pelayanan, dan efisiensi proses bisnis. Penguatan sumber daya ekonomi dan keuangan, melalui APBN yang sehat. Semua hal itu menjadi kunci kesuksesan pencapaian target 2045," tuturnya.

Selama ini, menurutnya perekonomian Indonesia telah teruji. Rata-rata pertumbuhan ekonomi tahun 2000-2018 mencapai 5,28%, dan hal itu telah diakui dunia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia, di atas pertumbuhan ekonomi dunia yang mencapai 2-3%.

Dihadapan 7.000 Mahasiswa UMM, Sri Mulyani Jelaskan Visi 2045


Data tahun 2018, menunjukkan angka kemiskinan turun 9,66%. Sebelumnya, pada tahun 2007 angka kemiskinan Indonesia, mencapai 16,58%. Demikian pula dengan angka pengangguran, menurut Sri, tahun 2018 menfalami penurunan hingga mencapai 5,34%, sementara di tahun 2007 mencapai 9,11%.

Dia menjelaskan pula, ke depan tantangan perekonomian semakin intensif. Yakni, perekonomian global yang ditandai dengan perang dagang dan proteksionisme, moderasi pertumbuhan Tiongkok, fluktuasi harga komoditas, keamanan dan ketegangan geopolitik.

"Selain itu, tantangan perekonomian juga dipengaruhi oleh perubahan teknologi yang semakin pesat, serta adanya perubahan iklim-sustainabilitas lingkungan dan energi. Di antaranya dengan ancaman pemanasan global, ketersediaan pangan dan air, keamanan energi, dan kebutuhan energi terbarukan," tuturnya.

Semua tantangan dan potensi itu, menurutnya perlu disikapi degan sumber daya manusia yang unggul. Yakni, melalui peningkatan pendidikan tinggi dan memiliki skil, memiliki mindset lifelong learning, kompetitif dan memiliki semangat juang, memiliki integritas, empati, curiosity, honesty.

Diakuinya pula, daya saing perekonomian Indonesia, saat ini tertinggal dari Malaysia, dan Korea Selatan. "Makanya sangat krusial untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing agar mampu mengejar level indeks Global Competitiveness Index (GCI)," tegasnya.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, lanjutnya, antara lain fokus perbaikan pada infrastuktur, kualitas sumber daya manusia, yang meliputi kesehatan, skil, pasar tenaga kerja, dan kemampuan berinovasi.

"Indonesia akan mengalami bonus demograsi hingga 2030, kondisi ini dapat menjadi modal dasar dalam pembangunan nasional jika dimanfaatkan dengan bijak. Namun, tantangan yang harus segera di antasi adalah, sebagian besar masyarakat masih berpendidikan rendah, sehingga produktivitas sumber daya manusia relatif rendah," terangnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sri juga menjelaskan tentang postur APBN 2020. Dijelaskannya, ber ada lima fokus belanja pemerintah pusat 2020, yakni mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dengan penyediaan anggaran pendidikan Rp508,1 triliun, dan anggaran kesehatan Rp132,2 triliun.

Selain itu, adanya penguatan program perlindungan sosial dengan anggaran perlindungan sosial Rp373,2 triliun. Akselerasi pembangunan infrastruktur, yang dianggarkan sebesar Rp423,3 triliun. Serta, birokrasi yang efisien, melayani dan bebas korupsi dengan anggaran senilai Rp261,3 triliun

"Prioritas anggaran belanja lainnya adalah untuk mengantisipasi ketidak pastian, baik itu stabilitas ekonomi, keamanan dan politik; mitigasi resiko bencana, pelestarian lingkungan; dan pengusaan fiscal buffer," terangnya.

Dia berharap, untuk mewujudkan semua cita-cita ini ada peran akademisi. Utamanya dalam menyiapkan generasi unggul, yakni generasi yang memiliki mindset berpikir inovatif, open minded pada hal baru, serta adaptif terhadap dinamika disrupsi.

"Generasi unggul tentunya harus siap dan bersikap positif dalan menghadapi perubahan teknologi, mengedepankan nilai-nilai humanis, beretika, dan toleran, pemanfaatan dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Sehingga diharapkan ada perubahan nilai, berupa adaptif, produktif, inovasi, dan kompetitif," pungkasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.4017 seconds (0.1#10.140)