Menhan Dapat Gelar Adat Wally dari Suku Sentani, Ini Alasannya

Sabtu, 12 Oktober 2019 - 11:30 WIB
Menhan Dapat Gelar Adat Wally dari Suku Sentani, Ini Alasannya
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mendapat gelar adat Papua Wally dari suku Sentani, wilayah adat Mamta. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mendapat gelar adat Papua ”Wally” dari suku Sentani, wilayah adat Mamta. Mantan KSAD era Presiden Megawati ini dinilai bisa mengayomi.

Pemberian gelar sebagai anak suku Sentani ini diberikan oleh tetua adat suku Sentani Ondoafi Ramses Ohee dengan disaksikan oleh Dewan Adat Sentani (DAS) dan para Ondoafi di wilayah adat Mamta/Tabi, serta tokoh adat dari 7 wilayah adat se-Papua dan Papua Barat di Mega Futsal Waena.

Atas pemberian gelar tersebut, Menhan resmi diangkat menjadi anak adat dari Kampung Babrongko, Kabupaten. Jayapura, Papua. Ryamizard merasa bangga dengan penobatan tersebut dan berjanji akan menjaga dan mempertahankan nama baik suku Tabi.

“Kepercayaan ini, merupakan hal yang harus dipertanggungjawabkan sampai kapan pun. Kepercayaan masyarakat suku Tabi kepada saya akan saya pertahankan dan saya akan berusaha untuk menjaga nama baik suku Tabi dan meningkatkan kebesaran suku Tabi,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Ryamizard Ryacudu menyerap aspirasi dari tokoh masyarakat di 7 wilayah adat Papua. Dia meminta masyarakat di Bumi Cendrawasih lebih mengutamakan dialog dan tidak mudah terprovokasi serta tetap memegang teguh ideologi Pancasila.

“Saya juga menyampaikan pesan perdamaian dari Presiden Jokowi betapa pentingnya perdamaian dan merajut tali persaudaraan di Papua,” sambung Ryamizard.

Dalam acara pemberian gelar ini juga dilakukan pembacaan ikrar Satgas Pemuda Tabi. Menurut. Ryamizard, ini adalah sebagai bentuk yang baik menyatakan Pancasila dan NKRI harga mati.

Mantan Pangkostrad ini juga mengutip pernyataan Kepala Suku Adat Tabi, Ramses Ohee, yang mengatakan Papua berada di dalam NKRI tidak bisa ditawar lagi. Jika ada yang ingin Papua referendum, maka akan berhadapan dengan PBB.

“Saya berterima kasih kepada ikrar pemuda tadi yang begitu luar biasa dan ini adalah contoh yang benar bagaimana anak-anak dari Papua berikrar bahwasanya Pancasila dan NKRI harga mati dan ini tidak bisa tawar-tawar lagi,” tegasnya.

Selanjutnya Ryamizard beserta rombongan menyempatkan diri mengunjungi para pengungsi korban kerusuhan Wamena di beberapa lokasi penampungan, yakni di Posko Palopo Sentani, Yonif 751, Lanud Sentani, dan di Rindam.

Tidak hanya itu, Ryamizard juga mengunjungi para-para adat di Obhe Kampung Harapan, Obhe Ifar Besar, dan Obhe Doyo Lama. Dalam kesempatan tersebut Menhan memberikan bantuan bingkisan sembako.

Di Papua Ryamizard juga menandatangani prasasti Tugu Bela Negara sekaligus juga Tugu Peringatan penobatan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu Wally sebagai anak suku Sentani, Wilayah adat Tabi/Mamta.

Sementara itu, pengamat militer Mufti Makarim menambahkan, prinsip penyelesaian persoalan kebangsaan yang bermartabat dan sesuai dengan semangat demokrasi adalah dengan mengakomodasi kepentingan dan aspirasi publik yang sejalan dengan UUD 1945 dan prinsip negara hukum.

"Jika membaca liputan media tentang kegiatan yang dilakukan Menhan Ryamizard Ryacudu dalam kunjungannya kemarin ke Papua dalam rangka mendengar aspirasi tokoh dan masyarakat Papua, maka beragam masukan yang telah dihimpun Menhan dan kemudian diterjemahkan menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintah patut mendapatkan perhatian," ujarnya.

Menurutnya, selain kunjungan dengan tujuan menyerap aspirasi masyarakat Papua paska terjadinya berbagai aksi kekerasan dan kerusuhan yang mengakibatkan korban jiwa dan harta beberapa waktu lalu, kunjungan ini diwarnai kegiatan simbolik 'perikatan keluarga' dengan mengangkat Menhan sebagai sebagai bagian dari marga Wally dari wilayah adat Mamta, Papua.

"Perikatan simbolik ini memiliki dua makna mendalam, yaitu pengakuan persaudaraan Nusantara tanpa sekat wilayah dan suku dari masyarakat Papua kepada Menhan, yang ini dilakukan dengan tulus oleh masyarakat Papua yang memandang Menhan sebagai bagian dari mereka, sesama bangsa Indonesia,"urainya.

Makna kedua kata dia adalah pengakuan bahwa kehadiran Ryamizard sebagai 'simbol kehadiran negara' diterima dan diberi tempat terdekat di hati masyarakat Papua, sebagai saudara yang juga sedang mengangkat dan memperjuangkan kehidupan yang bermartabat seluruh anak bangsa.

Masyarakat Papua mengapresiasi dengan menyampaikan aspirasi mereka dengan terbuka dan rasa percaya bahwa pemerintah yang direpresentasikan oleh Menhan mendengar, menerima dan akan mewujudkannya menjadi agenda penting pemerintah.

"Kunjungan penting Menhan yang pernah menyatakan mewakafkan hidupnya bagi NKRI ini mengungkapkan fakta bahwa konflik dan kerusuhan yang selalu dimunculkan di Papua adalah upaya pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin memecahbelah NKRI dan merusak citra masyarakat Papua yang notabene mencintai Republik Indonesia sebagaimana masyarakat di wilayah lainnya. Yang mereka inginkan adalah kehangatan hubungan dengan pemerintah dan kehadiran negara mendengarkan aspirasi mereka, yang kemudian diwujudkan dalam kebijakan dan agenda pembangunan Papua," bebernya.

Dia menambahkan, kunjungan Ryamizard yang dipandang layak untuk kembali mendampingi Presiden Jokowi di dalam Kabinet pemerintahan barunya kedepan ini menyiratkan bahwa negara membutuhkan figur pejabat negara yang tidak sekedar mampu menyusun kebijakan.

"Tetapi juga memahami konteks dan strategi penyelesaian persoalan yang bermartabat, merakyat dan berdampak positif bagi kesejahteraan dan keutuhan NKRI,"ujarnya mengakhiri.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3983 seconds (0.1#10.140)