Kolaborasi untuk Pengembangan Ekowisata di Negeri Timah

Minggu, 13 Oktober 2019 - 07:15 WIB
Kolaborasi untuk Pengembangan Ekowisata di Negeri Timah
Pengunjung menikmati pemandangan di salah satu sudut Belitung Mangrove Park.Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
BELITUNG - Program rehabilitasi kawasan pesisir eks-tambang timah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Juru Seberang inipun cukup menjadi perhatian banyak pihak.

Indonesia Climate Change Trust Fund, misalnya, sejak 2017 hingga 2018 dengan dana hibah dari USAID, telah menyalurkan pendanaan mitigasi berbasis lahan untuk pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai Taman Wisata Mangrove dalam Upaya Rehabilitasi Ekosistem dan Sekuestrasi Karbon tersebut.

Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, sekaligus Sekretaris Majelis Wali Amanat ICCTF, Ir. Medrilzam, mengungkapkan, kucuran dana sekitar Rp 2 miliar dari ICCTF untuk mereplikasi bekas tambang ini tidak akan berhasil tanpa adanya kolaborasi multipihak.

Hadirnya sejumlah instansi seperti Kementerian PUPR, Dinas PUPR Provinsi Bangka Belitung dan Kabupaten Belitung, BPDAS, Dinas PUPR Kabupaten Belitung, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Belitung, dan PT. Timah, sangat membantu perjuangan masyarakat.

"Kami sebagai pencetus saja. Alhamdulillah sekarang setelah kolaborasi, kontribusi dengan berbagai pihak terus mengalir," katanya saat mengunjungi Belitung Mangrove Park, Jumat (11/10) lalu.

Melalui kolaborasi multipihak, proyek yang awalnya memiliki investasi sebesar Rp 2M mampu menarik sumber pendanaan lain menjadi Rp 21,9M. Proyek ini juga telah berhasil menarik HKm lain di Belitung untuk melakukan replikasi.

Medrilzam memaparkan, revegetasi dan revitalisasi yang melibatkan Hkm Seberang Bersatu akan menjamin keberlanjutan lingkungan dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), karena kemampuan mangrove dalam menyerap emisi karbon 3 kali lipat dibandingkan hutan pada umumnya.

“Belitung Mangrove Park merupakan salah satu proyek percontohan untuk pembangunan rendah karbon, kita bisa melihat bahwa lingkungan yang lestari menurunkan tingkat Emisi GRK, menciptakan peluang peningkatan ekonomi serta pembanguan manusia dapat terus berjalan,"paparnya.

Tak hanya Belitung Mangrove Park, lanjut Medrilzam, ICCTF juga ikut merestorasi lahan gambut seluas seluas 73.600 ha pada 5 provinsi di Indonesia yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Sejak 2017-2019, tidak ada lahan gambut yang terbakar di area proyek ICCTF karena masyarakat diajak berpartisipasi menjadi Masyarakat Peduli Api.

Wakil Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID, Jason Seuc, mengatakan, pemerintah Amerika Serikat melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) merasa gembira dapat meningkatkan kemandirian Indonesia dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dari hutan, pertanian, energi, dan sektor lainnya dan pada saat yang sama mendukung ketangguhan Indonesia terhadap dampak iklim yang terus berubah.

"Melalui kemitraan dan kontribusi kami kepada Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia (ICCTF), kami mempromosikan pembangunan rendah karbon dan ketangguhan Indonesia agar dapat melindungi lingkungan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk kepentingan masyarakat setempat," kata dia.

Sementara itu, Bupati Belitung, H. Sahani Saleh, mengapresiasi kontribusi dari berbagai pihak dalam membangun wilayahnya. Dengan adanya kolaborasi untuk bekerja sama ini, masyarakat dilatih untuk mengelola ekowisata dan konservasi, melalui serangkaian pelatihan, pemantauan ekosistem pesisir, ekowisata, pengelolaan keuangan usaha kecil, diversifikasi produk wisata, dan perencanaan kawasan konservasi.

Masyarakat yang telah mampu mengelola ekowisata selanjutnya difasilitasi dalam pengembangan fasilitas wisata di dalam BMP. Fasilitas yang dikembangkan meliputi pusat informasi ekowisata dan perubahan iklim, trek mangrove, menara pengamatan burung, papan informasi, serta fasilitas kebersihan.

Proyek Belitung Mangrove Park ini memiliki potensi penurunan emisi sebesar 220.200 tCO2eq/tahun dan turut meningkatkan pendapatan 20 keluarga dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung.

“Belitung Mangrove Park merupakan hasil kerjasama berbagai pihak dan menjadi pembelajaran bagi pemerintah Belitung untuk mengembangkan dan mereplikasi ekowisata lainnya di Pulau Belitung,”ungkapnya.

Sahani berharap, kedepan diarea ekowisata bekas tambang timah ini juga dimanfaatkan sebagai pengembangan tanam-tanama herbal. Pihaknya akan merangkul sejumlah lembaga pendidikan untuk melakukan penelitian dan pengembangan tersebut.

"Karena bekas tambang timah ini bisa ditanami apa saja. Kita akan kerjasama dengan beberapa instansi termasuk IPB untuk mengelola sektor ini,"tandasnya.

Tercatat, Belitung Mangrove Park telah berhasil merehabilitasi 50 ha hutan mangrove, memonitor sumber daya pesisir, membangun infrastruktur pendukung pariwisata, meningkatkan SDM dalam sektor pariwisata dan manajemen keuangan, bahkan dapat meningkatkan pendapatan kelompok hingga Rp 50-65 juta per bulan dari retribusi tiket, pendapatan perorangan sekitar Rp 2 juta/bulan, serta dari SHU koperasi tahunan (@Rp3 juta/tahun pada 2016 dan @Rp20juta/tahun pada 2017).

Sebagaimana diketahui, perubahan iklim tak hanya berdampak kepada lingkungan namun juga berdampak pada keberlangsungan hidup & sumber pendapatan manusia. Keterbatasan sarana prasarana pendukung, tingkat pendidikan serta jauhnya jangkauan administrasi dan sosial jadi penyebab utama kerentanan adaptasi perubahan iklim masyarakat di pulau-pulau kecil dan kawasan pesisir.

Tak hanya itu, kenaikan muka air laut akan meningkatkan abrasi dan mengancam ketersediaan lahan produktif dan pasokan air bersih di pulau-pulau kecil seperti Provinsi Bangka Belitung.

Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) merupakan salah satu instrumen utama pemerintah Indonesia dalam mengurangi intensitas emisi dan emisi gas rumah kaca melalui aksi mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim. ICCTF dibentuk pada tahun 2009 sebagai sebuah Lembaga Wali Amanat Nasional (National Trust Fund).

Misi ICCTF adalah untuk memobilisasi, mengelola, dan mengalokasikan dana dari dunia internasional serta sektor publik dan swasta untuk memfasilitasi pendanaan program dan proyek yang selaras dengan target mitigasi dan adaptasi nasional.

Untuk memfasilitasi kegiatan mitigasi dan adaptasi, ICCTF memiliki empat fokus program utama: mitigasi berbasis lahan (land-based mitigation), energi (energy), serta ketahanan dan adaptasi (resilience and adaptation) dan kelautan (marine based).

Total sebanyak 76 proyek telah didanai oleh ICCTF sejak tahun 2010 hingga saat ini. Salah satu proyek ICCTF melalui pendanaan USAID yang dinilai cukup berhasil adalah proyek ICCTF-Yayasan TERANGI di Desa Juru Seberang, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Proyek ICCTF ini dilaksanakan pada periode 2017-2018 dengan kegiatan utama melakukan rehabilitasi hutan lindung (hutan mangrove dan hutan pantai) bekas tambang timah berbasis masyarakat
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8975 seconds (0.1#10.140)