Yuk Lihat Filamen 3D Printing Hasil Olahan Limbah Mahasiswa ITS

Selasa, 15 Oktober 2019 - 12:01 WIB
Yuk Lihat Filamen 3D Printing Hasil Olahan Limbah Mahasiswa ITS
Mahasiswa ITS membuat Filamen 3D Printing hasil olahan limbah.Foto/Humas ITS
A A A
SURABAYA - Filamen merupakan salah satu komponen yang penting dalam teknologi tiga dimensi (3D) printing.

Dengan kreativitas yang dimiliki, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyulap limbah ampas pati aren dan kulit hewan udang-udangan (Crustacea) menjadi biodegradable filamen untuk keperluan 3D printing.

Mahasiswa ITS Ghozi Nashiruddin menuturkan, teknologi 3D printing patut menjadi perhatian dunia di era Revolusi Industri 4.0. Teknologi ini mampu mencetak berbagai material dalam bentuk 3D dari sebuah desain digital yang dibuat sebelumnya.

“Teknologi 3D printing memiliki kegunaan yang luas mulai dari bidang arsitektur, militer, transportasi, antariksa, hingga medis,” kata Ghozi, Selasa (15/10/2019).

Mahasiswa Departemen Teknik Material ITS ini menambahkan, Indonesia dikaruniai keanekaragaman Sumber Daya Alam (SDA) material alami. Sayangnya, terkadang SDA ini tidak dimanfaatkan secara optimal.

“Contohnya, limbah ampas pati aren dan kulit hewan udang-udangan yang justru menjadi limbah pencemar lingkungan,” ucapnya.

Ghozi menambahkan, ampas pati aren memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu sebesar 76,35 persen dari beratnya. Selulosa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan polimer alam dalam bentuk Poli Asam Laktat (PLA). “PLA sendiri merupakan bahan filamen 3D, walau biasanya bukan diolah dari limbah,” jelasnya.

Sedangkan limbah kulit hewan Crustacea seperti udang, kepiting, dan rajungan, memiliki kandungan zat kitosan. Zat ini yang memiliki sifat seperti dapat terbiodegradasi, tak beracun, dan mampu mengadsorpsi.

“Jumlahnya juga melimpah di Indonesia, contohnya hasil observasi yang dilakukan beberapa pasar tradisional di Provinsi Gorontalo menunjukkan penumpukan kulit udang tanpa pemanfaatan,” ungkapnya.

Zat selulosa dan kitosan inilah yang kemudian dipadukan oleh Ghozi untuk membuat filamen 3D printing yang ramah lingkungan. Karya yang pernah dilombakan pada ajang Material and Metallurgical Paper Competition (MPC) 2019 ini memang sengaja dibuat ramah lingkungan, karena memiliki kemampuan mengurai seiring berjalannya waktu. “Karena tema perlombaan saat itu material eco-friendly, maka saya menggunakan bahan-bahan yang bisa terurai sewaktu-waktu,” tuturnya.

Meskipun dapat terurai sewaktu-waktu, Ghozi mengungkapkan, zat kitosan yang digunakan dalam filamen berpengaruh pada peningkatan kekuatan filamen. Selain itu, ia menjelaskan, kitosan juga dapat meningkatkan ketahanan filamen terhadap bakteri. “Akibatnya umur filamen bisa menjadi lebih panjang,” tukasnya.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0652 seconds (0.1#10.140)