Badai yang Menerjang Kota Batu, Diduga Akibat Kebakaran Hutan

Senin, 21 Oktober 2019 - 16:42 WIB
Badai yang Menerjang Kota Batu, Diduga Akibat Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan di lereng Gunung Arjuno, hingga kini belum juga padam. Foto/Dok.SINDOnews/Yuswantoro
A A A
SURABAYA - Peralihan musim, dari musim kemarau ke musim penghujan akan memicu cuaca ekstrim. Tentu hal itu patut diwaspadai oleh masyarakat, karena rawan terjadi bencana.

(Baca juga: Kobaran Api Melalap Hutan Arjuno, Kawi, dan Semeru )

Cuaca ekstrim yang bisa muncul saat peralihan musim ini, di antaranya, angin kencang, hujan lebat tiba-tiba hingga hujan es.

Menurut Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, Surabaya, Teguh Tri Susanto, secara umum wilayah Jatim diperkirakan memasuki awal musim hujan pada November 2019.

"Pada masa pancaroba ini, perlu diwaspadai cuaca ekstrim. Ini seiring dengan awal musim hujan, kami harap masyarakat mewaspadai munculnya angin kencang sesaat yang berasal dari awan Cumulonimbus," katanya, Senin (21/10/2019).

Terkait peristiwa angin kencang di Kota Batu, yang menyebabkan warga mengungsi dan sejumlah kerusakan, Teguh menyatakan, berdasarkan analisa BMKG Juanda, hal itu disebabkan terjadinya pemanasan yang kuat akibat kebakaran hutan atau lahan di sekitar daerah tersebut.

Kebakaran lahan itu menyebabkan udara dapat terangkat dengan kuat dan cepat. "Jika ada pemanasan di suatu tempat, maka di tempat itu seolah-olah terjadi kekosongan udara yang dengan cepat pula diisi oleh udara sekitarnya," terangnya.

Sehingga, lanjut dia, daerah tersebut menjadi daerah pengumpulan udara. Pengumpulan udara yang berlangsung sangat cepat menimbulkan pusaran angin. Pusaran angin seperti kejadian di Kota Batu paling sering terjadi di padang pasir, dan dapat mengangkut debu, pasir atau benda-benda ringan lainnya.

"Tidak semua angin kencang yang merusak itu disebut sebagai angin puting beliung. Dalam istilah meteorologi, angin kencang atau hembusan angin dingin yang berasal dari awan Cumulonimbus disebut dengan downburst. Downburst sama berbahayanya dengan angin puting beliung," pungkasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0739 seconds (0.1#10.140)