Bulan September, Neraca Perdagangan Jatim 'Babak Belur'

Senin, 21 Oktober 2019 - 18:34 WIB
Bulan September, Neraca Perdagangan Jatim Babak Belur
Kondisi neraca perdagangan Jatim di bulan September 2019, babak belur. Foto/Ilustrasi
A A A
SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) mencatat, neraca perdagangan Jatim selama bulan September 2019 mencapai 338,60 juta dollar Amerika Serikat (AS).

Defisit ini disebabkan adanya selisih perdagangan yang negatif pada sektor nonmigas maupun migas. Sehingga secara agregat neraca perdagangan menjadi minus. Sektor nonmigas mengalami defisit sebesar 16,57 juta dollar AS, dan sektor migas mengalami defisit sebesar 322,02 juta dollar AS.

Sedangkan selama Januari-September 2019, neraca perdagangan masih defisit 1,96 miliar dollar AS. Defisit ini disumbangkan defisit sektor migas sebesar 2,54 miliar dollar AS, dan sektor nonmigas justru kinerjanya positif dengan surplus sebesar 571,93 juta dollar AS. Defisit selama sembilan bulan di 2019 tersebut meningkat dibanding semester I atau Januari-Juni 2019 yang defisit 1,475 miliar dollar AS.

Secara kumulatif, selama Januari-September 2019, impor nonmigas dari negara ASEAN sebesar 2,14 miliar dollar AS, dan utamanya dari Thailand sebesar 716,24 juta dollar AS, atau sebesar 5,13 persen. Impor dari kawasan Uni Eropa sebesar 1,24 miliar dollar AS, utamanya berasal dari Jerman sebesar 389,32 juta dollar AS, dengan kontribusi 2,79 persen.

Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim pada periode Januari-September 2019, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor 4,13 miliar dollar AS, atau dengan kontribusi sebesar 29,60 persen dari total impor.

Disusul impor dari Amerika Serikat sebesar 986,33 juta dollar AS atau dengan kontribusi sebesar 7,06 persen serta dari Thailand sebesar 716,24 juta dollar AS, atau dengan kontribusi sebesar 5,13 persen.

"Selama September 2019, impor masih didominasi oleh bahan baku dan penolong dengan nilai 1,57 miliar dollar AS yang memberikan kontribusi sebesar 81,39 persen dari total impor," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, Senin (21/10/2019).

Secara kumulatif, Januari-September 2019, komoditas bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur, masih menjadi komoditas impor yang dominan, dengan peranan sebesar 7,22 persen. Disusul komoditas kondensat dengan peranan sebesar 3,08 persen. Serta berikutnya adalah komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan peranan sebesar 2,89 persen.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7287 seconds (0.1#10.140)