Kekejaman Militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya Sulit Dimengerti

Rabu, 19 September 2018 - 12:41 WIB
Kekejaman Militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya Sulit Dimengerti
Para warga Rohingya berebut bantuan di sekitar kamp-kamp pengungsi di Bangadesh. Foto/Sky News
A A A
JENEWA - Para penyelidik PBB mengatakan tingkat kekejaman yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap minoritas Muslim Rohingnya "sulit dimengerti". Mereka menyatakan aksi militer tersebut sudah masuk dalam empat dari lima kategori tindakan genosida.

Dalam sebuah laporan setebal 444 halaman yang dirilis pada hari Selasa, para penyelidik tersebut menggambarkan kampanye penjarahan, pemerkosaan dan pembunuhan terhadap warga Rohingya oleh pasukan bersenjata Myanmar sebagai kebrutalan ekstrem.

Para penyelidik mengutuk impunitas dan kekuatan ekstrem militer di negara tersebut. Mereka mendesak militer dihapus dari politik, menyerukan agar enam tokoh senior militer dituntut di pengadilan internasional atas tuduhan melakukan genosida.

Laporan penyelidik PBB dirilis lebih dari satu tahun setelah Myanmar memulai operasi militer berdarah terhadap komunitas Rohingya di Rakhine. Operasi militer yang dilakukan sebagai respons atas serangan kelompok militan Rohingya terhadap puluhan pos polisi itu telah memaksa sekitar 700.000 warga Rohingya eksodus ke Bangladesh.

Marzuki Darusman, ketua dari misi pencari fakta independen PBB di Myanmar, mengatakan laporan itu telah menarik kesimpulan berdasarkan fakta yang tidak pernah dia duga.

"tindakan-tindakan Tatmadaw (militer Myanmar) dan pasukan keamanan lainnya jatuh dalam empat dari lima kategori tindakan genosida, menggambarkan kejahatan itu secara konsisten dan tidak proporsional terhadap ancaman keamanan yang sebenarnya," kata Marzuki dalam pidatonya, hari Selasa yang dikutip dari Sky News, Rabu (19/9/2018).

Laporan penyelidik PBB secara khusus menyoroti serangan militer di Desa Tula Toli, atau Min Gyi, di mana tentara menembak orang-orang desa yang melarikan diri dari tepi sungai, kemudian menangkap mereka yang melarikan diri sesuai dengan jenis kelamin mereka.

Menurut laporan itu, para pria Rohingya dibunuh, sedangkan anak-anak ditembak atau dibuang ke sungai atau pun dilempar ke api.

Para perempuan dan gadis Rohingya juga dibawa ke rumah-rumah, di mana mereka dipukuli dan diperkosa dengan kejam. Beberapa dari mereka ada yang ditikam dan dibunuh di dekat anak-anak mereka yang masih kecil.

PBB memperkirakan sekitar 750 orang tewas dalam serangan itu, dalam apa yang mereka sebut sebagai serangan yang direncanakan dengan baik dan disengaja terhadap para penduduk sipil tertentu."
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1041 seconds (0.1#10.140)