9 Bulan, 857 Ribu Hektar Lahan dan Hutan di Indonesia Terbakar

Selasa, 22 Oktober 2019 - 17:39 WIB
9 Bulan, 857 Ribu Hektar Lahan dan Hutan di Indonesia Terbakar
Data luasan lahan terbakar di seluruh Indonesia, mencapai 857 ribu hektar. Foto/BNPB
A A A
JAKARTA - Luas lahan terbakar di wilayah Indonesia, mencapai 857 ribu hektar. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak hanya di lahan gambut tetapi juga lahan mineral.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa luas lahan gambut terbakar mencapai 227 ribu hektar. Karhutla di lahan gambut paling besar berada di di Kalimantan Tengah dengan luasan 76 ribu hektar, sedangkan di lahan mineral terjadi di Nusa Tenggara Timur, seluas 119 ribu hektar.

"Karhutla di lahan mineral terjadi di seluruh provinsi di Indonesia dengan luasan terdampak yang terkecil di Provinsi Banten dengan 9 hektar," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo

Data KLHK mencatat luas karhutla dari Januari-September 2019 sebesar 857.756 ha dengan rincian lahan mineral 630.451 ha dan gambut 227.304 ha.

Berikut ini luasan lahan terdampak baik mineral dan gambut di beberapa provinsi yang sering terjadi karhutla setiap tahunnya. Luas lahan terbakar di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) 134.227 hektar, Kalimanan Barat (Kalbar) 127.462 hektar, Kalimantan Selatan (Kalsel) 113.454 hektar, Riau 75.871 hektar, Sumatera Selatan (Sumsel) 52.716 hektar, dan Jambi 39.638 hektar.

Berdasarkan data KLHK, total luasan lahan hingga September 2019 ini lebih besar dibandingkan luasan karhutla dalam tiga tahun terakhir. Luas karhutla pada 2018 sebesar 510 ribu hektar, sedangkan pada 2016 sebesar 438 ribu hektar.

Sementara itu, Data BNPB, Selasa (22/10/2019), pukul 08.00 WIB mencatat masih terjadi karhutla di sejumlah wilayah di Indonesia. Titik panas atau hot spot teridentifikasi di enam provinsi yang menjadi perhatian BNPB, yaitu Sumsel 153 titik, Kalteng 44, Kalsel 23, Kalbar 5, dan Jambi 2.

Data tersebut berdasarkan citra satelit modis-catalog lapan pada 24 jam terakhir. Masih adanya titik panas berpengaruh terhadap kualitas udara di wilayah terdampak. Data kualitas yang diukur dengan parameter PM 2,5 mengindikasikan kualitas pada tingkat baik hingga tidak sehat.

Berikut ini rincian kualitas udara yang diukur dengan PM 2,5 di enam provinsi, yaitu Sumsel tidak sehat (136), Jambi tidak sehat (102), Kalteng tidak sehat (101), Kalsel tidak sehat (60), Riau sedang (27). Hanya Kalimantan Barat kualitas udara menunjukkan tingkat baik (5) meskipun terdapat titik panas.

Selain keenam provinsi tersebut, kebakaran juga masih terjadi di kawasan pegunungan seperti Gunung Cikuray, Ungaran dan Arjuno-Welirang, dan Ringgit.

BNPB masih menyiagakan sejumlah helikopter untuk pengeboman air atau water-bombing maupun patroli. Total air untuk pengeboman air di seluruh wilayah mencapai 392 juta liter.

"Di samping pengeboman air, BNPB bersama BPPT dan TNI melakukan operasi udara berupa teknologi modifikasi cuaca (TMC) dengan menggunakan fixed-wing. Total garam yang telah disemai mencapai 272 ribu kg," pungkas Agus.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.1356 seconds (0.1#10.140)