Libatkan BATAN, Kedokteran Nuklir Masuk ke RSUD BDH

Rabu, 23 Oktober 2019 - 19:04 WIB
Libatkan BATAN, Kedokteran Nuklir Masuk ke RSUD BDH
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menjelaskan tentang kedokteran nuklir yang menjadi fasilitas baru di RSUD BDH. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Mulai tahun 2020 mendatang, fasilitas kedokteran nuklir akan melengkapi pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menuturkan, selama ini banyak pasien yang membutuhkan penanganan selalu keluar kota, terutama pasien penyakit kanker. Sebab, di Surabaya hanya ada di RSUD dr Soetomo yang memiliki fasilitas kedokteran nuklir.

"Itu lah mengapa kita buat kedokteran nuklir ini, supaya warga Surabaya tidak perlu keluar kota untuk mendapatkan pelayanan ini," kata kata Feni, panggilan akrabnya, Rabu (23/10/2019).

Ia melanjutkan, jumlah pederita penyakit kanker payu darah pada 2018 saja mencapai 5.635 jiwa. Kemudian 2019 mengalami penurunan menjadi 3.896 jiwa. Di samping itu, penyakit tertinggi setelah kanker adalah hiperteroid dan keganasan liver. "Penyakit semacam ini dapat di terapi menggunakan kedokteran nuklir, sehingga ini sangat penting untuk warga Kota Surabaya," ucapnya.

Pembangunan fasilitas kedokteran nuklir ini sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Bahkan, dalam setiap prosesnya selalu didampingi oleh pihak kepolisian, kejaksaan, tim ahli nuklir, akademisi dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

"Jadi, kami tidak sendirian, karena didampingi oleh para ahlinya langsung. Termasuk terkait dengan alur layanan nuklir di RS BDH. Jadi, pelayanan ini sudah pasti aman dan tidak ada dampak untuk masyarakat di sekitar rumah sakit," katanya.

Sementara itu, Ahli kedokteran nuklir RSUD dr Soetomo dr Stepanus Massora SpKN yang nantinya akan menjadi dokter di BDH itu mengatakan, kedokteran nuklir ini tidak hanya untuk mengobati penderita kanker saja. Pasalnya, setiap penyakit kanker itu memiliki cara terapi yang berbeda-beda.

"Ada salah satu penyakit kanker itu hanya bagus pengobatannya dengan kedokteran nuklir. Salah satunya adalah kanker payu darah," kata Stephanus.

Ia menjelaskan, nantinya teknis pengobatannya juga berbeda-beda tergantung jenis kankernya. Ada yang diminum, disuntikkan, dan ada pula yang dihirup. "Jadi, cara penanganan setiap kanker itu berbeda-beda. Teknisnya pun berbeda-beda," imbuhnya.

Sementara itu, Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Iman Krestian mengatakan fasilitas nuklir ini akan dibangun di gedung sebelah selatan. Gedung tersebut akan dirobohkan untuk fasilitas tersebut

"Nanti akan dibangun tiga lantai. Lantai satu di bawah tanah atau basement dan dua lantai lainya di atas permukaan tanah. Tiap lantai luasnya 800 meter persegi, jadi kalau tiga lantai total luasnya 2400 meter persegi," kata Iman.

Ia menjelaskan, saat ini pihaknya terus mematangkan basic desain dan hal-hal yang diperlukan untuk proses lelang. Iman juga memastikan bahwa proses lelangnya nanti juga akan diproses dengan khusus, pasalnya nanti hanya akan memberikan basic desain, mengutarakan apa saja yang diinginkan oleh pemkot, perkiraan biaya dan anggaran yang disiapkan oleh pemkot. "Jadi, nanti yang mendesain adalah kontraktornya sendiri berikut pengerjaannya," ujarnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3446 seconds (0.1#10.140)