18 Pakar Lakukan Pemetaan Ulang Kebudayaan Jatim

Kamis, 24 Oktober 2019 - 16:32 WIB
18 Pakar Lakukan Pemetaan Ulang Kebudayaan Jatim
FGD pakar lintas ilmu membahas pemetaan ulang kebudayaan Jatim. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Sebanyak 18 Pakar dari lintas ilmu melakukan pemetaan dan perumusan ulang kebudayaan Jawa Timur.

Mereka bertemu dalam forum group discussion (FGD) bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga, Kamis (24/10/2019).

Ke-18 narasumber yang berasal dari akademisi, praktisi, jurnalis, dan seniman itu mendiskusikan isu-isu terkini yang berkembang dalam kebudayaan Jawa Timur.

Perumusan kembali kebudayaan Jawa Timur itu di antaranya membahas isu pemertahanan dan penguatan budaya lokal, industri kreatif, hingga tantangan sebagai bagian kewargaan global. Apalagi Jawa Timur sebagai sebuah wilayah geografis dan administratif yang dalam realitasnya bukanlah sebuah entitas tunggal.

Ketua Tim Perumus Lina Puryanti mengatakan, pemetaan dan perumusan ulang kebudayaan Jawa Timur merupakan akumulasi dari sejumlah wilayah kebudayaan yang memiliki karakteristiknya masing-masing.

"Jadi acuannya hingga saat ini Jawa Timur terdiri atas sepuluh wilayah kebudayaan, di antaranya, sub kebudayaan Arek, Mataraman, Osing, Samin, Tengger, Pandalungan, Panaragan, Madura kepulauan, Madura-Bawean," kata dia.

Menurut dia, pembagian wilayah kebudayaan pada dasarnya bukanlah untuk membedakan dalam perspektif pemisahan, melainkan sebagai pemahaman karakteristik masyarakat.

Apabila dicermati, kata dia, sejumlah wilayah kebudayaan di Jawa Timur merupakan sintesis beberapa kebudayaan, seperti Mataraman yang mengakomodasi kebudayaan Jawa Tengah, dan Pandalungan yang menyatukan kebudayaan Jawa dan Madura.

"Fakta yang demikian memperlihatkan adanya dinamika budaya yang terjadi di masa lalu," kata dia.

Baginya, dinamika budaya adalah sebuah keniscayaan. Seiring dengan perkembangan zaman, dinamika budaya beroperasi dengan cara yang berbeda dari masa-masa sebelumnya karena tidak hanya melibatkan interaksi dan mobilitas manusia dalam ranah ruang harfiah.

“Dalam diskusi kita memikirkan kembali, apakah dengan perubahan zaman, misalnya berkembangnya teknologi informasi, nilai-nilai budaya tersebut masih tetap atau mengalami perubahan," jelas dia.

Dosen Departemen Bahasa dan Sastra Inggris FIB Unair ini mengatakan, salah satu kunci jitu dan efektifnya strategi pemajuan kebudayaan suatu daerah adalah cermat dan tepatnya konsep pemetaan kebudayaan di daerah tersebut.

“FGD ini hendak mengarah ke sana sehingga kita mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana kebudayaan Jawa Timur itu dipetakan," kata dia.

Kepala Disbudpar Jawa Timur Sinarto mengatakan, selama ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memiliki program terkait kebudayaan, salah satu luarannya adalah dokumen pokok pikiran kebudayaan Jawa Timur.

Dalam dokumen tersebut dijelaskan sejumlah permasalahan umum terkait kebudayaan. Salah satunya minimnya pemahaman budaya tradisional pada generasi baru.

“Salah satu titik penting dalam permasalahan tersebut adalah aspek kewaktuan. Permasalahan di sini tidak selalu bersifat negatif, tetapi lebih pada bagaimana perubahan arah budaya menyebabkan kegamangan," kata Sinarto.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7419 seconds (0.1#10.140)