Struktur Bata Situs Kumitir Diduga Talut Bekas Candi atau Kedaton

Kamis, 24 Oktober 2019 - 20:06 WIB
Struktur Bata Situs Kumitir Diduga Talut Bekas Candi atau Kedaton
Petugas BPCB Jatim melakukan eskavasi temuan struktur bata kuno di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
MOJOKERTO - Struktur bata kuno peninggalan Majapahit yang ditemukan berada di wilayah Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, bukan pagar biasa.

(Baca juga: Empat Bulan Ditemukan, BPCP Jatim Eskavasi Situs Kumitir )

Lapis bata dengan panjang sekitar 100 meter dan ketebalan 140 cm itu diperkirakan merupakan talut penahan tanah.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur (Jatim) Wicaksono Dwi Nugroho, mengatakan, prediksi itu didasari hasil ekskavasi yang dilakukan pihaknya sejak Senin, (21/10/2019).

Hingga kini, tim ekskavasi yang terdiri dari 23 orang personel itu sudah mampu menyingkap 27 meter struktur bata kuno yang membujur dari arah selatan ke utara tersebut.

"Saya prediksi ini bukan hanya sekadar pagar, tapi lebih mengarah ke talut. Pada sisi timur itu kelihatan permukaan tanah aslinya lebih rendah. sedangkan di sisi barat atau sisi dalam lebih tinggi. Terlihat ada semacam trap antara sisi timur dengan sisi barat yang dibatasi dinding yang membentang ke utara selatan ini," ujar Wicak, Kamis (24/10/2019).

Dinding bata yang memiliki ketebalan 140 cm itu, kata Wicak, diduga berfungsinya sebagai penguat struktur pagar. Agar tanah tidak longsor. Indikasinya, pada sisi timur, struktur pagar dibuat lebih rapi, sementara disisi barat dibuat acak. Lantaran, pada struktur bata kuno di sisi barat tidak untuk dimunculkan, melainkan untuk diuruk menggunakan tanah.

Struktur Bata Situs Kumitir Diduga Talut Bekas Candi atau Kedaton


Dilihat dari bentuknya, struktur tersebut nampak memanjang dan berdiri tegak lurus. Jika ditarik benang merah, temuan situs ini nampak berkaitan dengan temuan sebelumnya di tahun 2017. Yakni berupa struktur bata yang membentuk sudut. Temuan itu hanya berjarak sekitar 100 meter ke utara dengan temuan saat ini. Sayangnya, situs tersebut sebagian rusak saat insiden penjarahan di tahun 2017 silam.

"Kita prediksi, ini berbentuk persegi empat. Karena ada temuan sudut di utara dekat jalan itu. Yang sudah kita temukan ada indikasi membentuk sudut di titik timur laut dan barat laut. Selain itu ketebalannya juga sama, 140 cm. Jadi situs ini, sepertinya juga tersambung dengan struktur yang dirusak tahun 2017," imbuhnya.

Prediksi itu juga kuatkan dengan adanya sejumlah temuan benda purbakala yang tak jauh dari lokasi tersebut. Beberapa tahun sebelumnya, warga setempat, kata Wicak, menemukan batu andesit berbetuk persegi. Informasi yang didapat, batu itu ditemukan di lokasi pemakaman umum yang berada di bagian barat temuan struktur bata kuno.

"Sementara kita prediksi dinding ini mengelilingi peninggalan benda purbakala yang poros tengahnya sekarang sebagai makam atau punden itu. Di punden itu kami menemukan ada beberapa batu andesit berbentuk persegi yang bisa jadi bagian dari candi. Karena kita juga menemukan adanya antefik yang identik dengan bagian sudut atap candi," jelasnya.

Selain itu, warga sekitar juga mengaku menemukan sejumlah bata kuno saat proses penggalian liang lahat untuk warga di pemakaman tersebut. Bahkan, ada sebagian yang menggunakannya untuk dijadikan batu nisan. Namun demikian, Wicak belum bisa memastikan apakah temuan batu andesit, antefik serta bata kuno itu benar-benar ditemukan di lokasi pemakaman tersebut.

"Sebenarnya ada dua kemungkinan. Dinding ini bisa jadi adalah dinding terluar dari bangunan suci, atau dinding ini menjadi pembatas bangunan profan, seperti pemukiman. Nanti kita analisa detilnya. Bangunan antefik apakah itu candi besar atau candi kecil yang itu bagian dari pemukiman," terangnya.

Namun, kata Wicak, tak menutup kemungkinan bangunan yang berdiri di dalam talut dengan panjang sekitar 200 meter itu bukan candi atau tempat suci. Bisa jadi, bangunan tersebut merupakan kedaton, atau pemukiman bangsawan Majapahit. Yang pasti, lanjut Wicak, bukan merupakan pemukiman warga biasa. Sebab, dari hasil temuan di beberapa daerah, talut biasanya digunakan sebagai tembok penahan pekarangan sebuah tempat penting.

"Ini mengindikasi adanya sesuatu yang amat sangat penting dan harus dilindungi. Jadi, untuk menginterprestasi itu (bentuk bangunan) masih terlalu dini, karena masih minim datanya. Selain itu juga kami belum menemukan adanya temuan lepas seperti poselen, atau gerabah hingga saat ini," pungkas Wicak.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3558 seconds (0.1#10.140)