107 Ilmuwan Bahas Kecepatan Perubahan Manusia di FIB Unair

Jum'at, 25 Oktober 2019 - 23:02 WIB
107 Ilmuwan Bahas Kecepatan Perubahan Manusia di FIB Unair
Para pakar berbagai disiplin ilmu dari berbagai penjuru dunia berdiskusi pada Internasional Conference of Urban Studies (ICUS).Foto/SINDONews/Aan haryono
A A A
SURABAYA - Sebanyak 107 ilmuwan berbagai latar keilmuan dari berbagai penjuru dunia berdiskusi pada Internasional Conference of Urban Studies (ICUS). Kegiatan ini digelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (Unair), Jumat (25/10/2019).

Mereka bertemu dalam konferensi bertema Border, Transportation, And Space untuk membicarakan ruang yang tidak dipahami semata dalam aspek fisik. Pemikiran mereka merujuk pada sekat-sekat yang tidak selalu terlihat dalam sendi kehidupan, namun memainkan peranan penting.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unair Diah Arimbi menuturkan, permasalahan border, transportasi dan ruang menjadi isu di setiap daerah di seluruh dunia. Dengan konferensi ini, pihaknya berusaha mempertemukan aktivis, praktisi, akademisi, dan pemerintah untuk berdiskusi secara produktif dan mencari ide-ide alternatif.

Ketua Pelaksana ICUS, Lina Puryanti menambahkan, globalisasi telah melahirkan semacam dunia baru yang dikonstruksi oleh jaringan-jaringan, juga arus atau mobilitas masyarakat yang teramat cepat.

“Makanya banyak yang menyebut dunia telah menjadi borderless, kita hidup di dalam global village atau desa buana. Tentang imbasnya, maka itu yang kita bahas hari ini,” katanya.

Ia melanjutkan, perkembangan teknologi informasi yang mengiringi perubahan zaman membawa konsekuensi pada hampir seluru dimensi kehidupan manusia. Tidak terkecuali persoalan batas, transportasi, dan ruang.

“Batas antara yang nyata dan tidak, demikian juga dengan kuatnya pengaruh netizen di ruang siber yang bahkan lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan ruang sesungguhnya,” ucapnya.

Meskipun diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya, katanya, para peserta seminar dan pembicara kunci berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti antropologi, sastra, linguistik, hukum, dan juga teknik.

ICUS sendiri sengaja menghadirkan 13 pembicara kunci dari empat benua yakni Asia, Amerika, Australia, dan Eropa. Beberapa di antaranya adalah nama-nama beken dalam kajian keindonesiaan.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.3135 seconds (0.1#10.140)