Program Berisi Sapa Pesantren Tempat Belajar K.H Hasyim Asy’ari

Sabtu, 26 Oktober 2019 - 21:10 WIB
Program Berisi Sapa Pesantren Tempat Belajar K.H Hasyim Asy’ari
ACT salurkan 1 ton beras untuk Pondok Pesantren. Foto/Istimewa
A A A
SIDOARJO - Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah yang didirikan pada 1787 M merupakan PP yang menjadi saksi sejarah perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia.

Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah yang didirikan sejak abad ke-18 di Sidoarjo Jawa Timur itu telah banyak melahirkan ulama-ulama besar Indonesia.

"Pondok pesantren ini telah banyak melahirkan ulama-ulama besar seperti KH M Hasyim Asy'ari, KH Asy'Ad Samsul Arifin, KH Ridwan Abdullah pencipta lambang Nahdlatul Ulama, KH Alwi Abdul Aziz, KH Wahid Hasyim, KH. Cholil, KH. Nasir (Bangkalan) KH.Wahab Hasbullah, KH. Umar (Jember), KH. Usman Al Ishaqi, KH. Abdul Majid (Bata-bata Pamekasan), KH. Dimyati (Banten, dan lain-lain)," kata Pengasuh Ponpes Al-Hamdaniyah, M Hasyim Fahrurozi.

Selain banyak melahirkan ulama besar, pesantren yang terletak di desa Siwalan Panji Buduran Sidoarjo itu terbilang pesantren tertua di Jawa Timur setelah pesantren Sidogiri Pasuruan.

Pesantren ini didirikan oleh KH Hamdani itu sampai sekarang masih menjadi catatan sejarah bagi bangsa ini.

"Salah satu ulama besar yang pernah menuntut ilmu agama atau menjadi santri di pesantren ini yakni KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama. KH Hasyim Asy'ari menjadi santri di pesantren Al-Hamdaniyah ini sekitar 5 tahun lamanya," ulas Gus Hasyim sapaan akrab M Hasyim Fahrurozi.

Untuk mengenangnya, hingga saat ini kamar pendiri Nahdlatul Ulama di pesantren Al-Hamdaniyah itu masih tetap terawat seperti dahulu. "Kamar KH Hasyim Asy'ari ini sengaja tak pernah dipugar, tetap seperti dahulu agar menjadi pelajaran bagi santri bahwa untuk menjadi tokoh besar tak harus dengan fasilitas mewah," tegas Gus Hasyim

Sebanyak 200 santri menetap dan belajar di pondok, mereka diajarkan ilmu agama dan kemandirian. Santri makan 2 kali sehari dengan masak sendiri. Mereka membagi jadwal masak antar santri sehingga tercipta kebersamaan.

Santri-santri yang terlatih hidup sederhana ini juga mendiami bangunan lama, dinding2 pondok juga masih berupa anyaman bambu dan beralaskan lantai kayu. Mereka tidur berkelompok 7-8 anak pada setiap kamar yang berukuran 2x2 meter.

Program Berisi merupakan hasil insiasi Aksi Cepat Tanggap untuk memenuhi kebutuhan pangan santri. Program ini dilaunching oleh Aksi Cepat Tanggap disaat peringatan hari santri nasional.

"Kita salurkan 1 ton beras untuk Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah, sebagaimana kita ketahui pondok ini berjasa mencetak ulama-ulama besar seperti KH. Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama" ujar Wahyu Sulistianto Putro selaku Kepala Cabang ACT Jatim

Wahyu menambahkan beras yang di sumbangkan ini adalah beras terbaik yang berasal dari petani lokal, sebagai upaya ACT untuk memberdayakan petani kita.

"Program BERISI rencananya juga akan kami salurkan ke beberapa pesantren di Jawa Timur,"tandasnya.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7983 seconds (0.1#10.140)