Wagub Emil Kembali Kunjungan ke Luar Negeri, Ini Agendanya

Rabu, 30 Oktober 2019 - 09:10 WIB
Wagub Emil Kembali Kunjungan ke Luar Negeri, Ini Agendanya
Wagub Jatim Emil Dardak berswafoto dengan peserta di program Bloomberg Harvard City Leadership Initiative yang digelar di Washington DC, Amerika Serikat. Foto/Istimewa
A A A
SURABAYA - Setelah pada Juni 2019 lalu berkeliling ke negara Eropa dan Jepang selama hampir dua pekan, kini Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak kembali melakukan kunjungan keluar negeri.

Kali ini dia berkunjung ke Amerika Serikat (AS). Tepatnya di Washington DC. Mantan Bupati Trenggalek itu keluar negeri menghadiri forum internasional.

Pada Juni lalu, Emil datang ke Eropa untuk menghadiri konferensi yang diselenggarakan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) bekerjasama dengan United Cities and Local Government (UCLG). Setelah dari Eropa, Emil ke Osaka, Jepang mewakili Jatim dalam pertemuan akbar tahunan G-20.

Sementara kedatangan Emil ke AS adalah memenuhi undangan Bloomberg Foundation pada program Bloomberg Harvard City Leadership Initiative. Emil di AS sejak Minggu (27/10/2019) hingga Selasa (29/10/2019).

Kehadirannya di acara roundtable kepala daerah tersebut merupakan ajang kedua kalinya bagi Emil Dardak. Sedang undangan pertamanya saat dirinya menjabat sebagai Bupati Trenggalek pada 2018 lalu.

Kehadiran Emil di acara tersebut merupakan wakil kepala daerah satu-satunya yang berasal dari kawasan Asia di ajang Bloomberg Harvard City Leadership Initiative. Hadir pula Michael Bloomberg.

Meski sudah menjabat sebagai Wagub Jatim, Bloomberg Harvard tetap mengharapkan Emil Dardak selaku alumni terlibat aktif dalam mendorong inovasi kebijakan pemerintahan daerah. Terutama Jatim dinilai sebagai provinsi dengan jumlah kabupaten dan kota terbanyak di Indonesia.

Roundtable tersebut dihadiri kepala daerah dari dalam dan luar AS. Terdapat 11 negara dari 5 benua yang terwakili dalam agenda CityLab 2019. Diantara yang hadir adalah Muriel Bowser dari Washington DC selaku tuan rumah, Zdenek Hrip dari Praha Ibukota Republik Ceko, Dagur Eggertsson dari Reykjavik Ibukota Islandia, Jan Vapaavuori dari Helsinki Ibukota Finlandia, dan Mauricio Rodas dari Quito Ibukota Ekuador.

Tema yang dibahas tahun ini berfokus pada isu kesenjangan ekonomi, dimana kesempatan seorang anak untuk bisa meraih taraf ekonomi yang lebih baik dari orang tuanya relatif menurun signifikan. Hal ini yang disebut dengan istilah economic mobility.

Pada pembahasan itu, Emil memberi pandangan berbeda. Dirinya memperkenalkan istilah precarious middle income, yang menurut Emil Dardak diperoleh saat dirinya melakukan diskusi dengan Airlangga Pribadi, salah satu akademisi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

"Justru banyak anak dari keluarga menengah yang kesulitan bertahan di pekerjaan kerah putih (white collar) karena disrupsi ekonomi, dimana di saat yang sama, upah minimum untuk pekerjaan kerah biru (blue collar) justru meningkat," kata dia.

Emil Dardak menyampaikan, itulah kenapa tidak sedikit lulusan sarjana menjadi guru honorer atau pegawai kantoran malah memperoleh gaji yang lebih rendah dari buruh pabrik. Namun untuk anak-anak dari keluarga kelas menengah justru merasa terdapat sebuah hambatan psikologis untuk mengambil pekerjaan kerah biru.

"Pekerjaan yang dianggap jadi pintu masuk karir bagi kelas menengah adalah pekerjaan administratif, namun lowongan ini banyak hilang jika berkaca kepada job market fair Jatim tahun ini. Ini yang mendasari pemprov mencoba terobosan baru dengan Millennial Job Center (MJC) untuk memanfaatkan era freelance gig economy, dan BLK Intensif untuk meningkatkan keterampilan dan daya tarik pekerjaan sektor manufaktur," pungkas suami Arumi Bachsin ini.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6001 seconds (0.1#10.140)