Asyik! Mahasiswa ITS Tawarkan Solusi Hadapi Asap Karhutla

Senin, 04 November 2019 - 18:12 WIB
Asyik! Mahasiswa ITS Tawarkan Solusi Hadapi Asap Karhutla
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, membuat sebuah masker khusus yang bisa mengurangi dampak asap. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Kebakaran hutan selalu menimbulkan korban. Asap yang menyelimuti berbagai kota di Indonesia ini, membuat warga terserang berbagai penyakit termasuk ISPA.

Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, membuat sebuah masker khusus yang bisa mengurangi dampak asap yang dihirup oleh masyarakat akibat kebakaran hutan.

Tim mahasiswa yang terdiri dari Ferdi Saepulah, Filo Sofia Kamila Mukmin, Ahmad Imam Fatoni, Hafiz Salam, dan Naufal Allam Gani Atmojo ini mengusung ide terkait berita terkini asap kebakaran hutan yang dihadapi warga pulau Kalimantan dan Sumatera.

Asap kebakaran yang berbahaya bagi kesehatan tersebut menjadi fokus dari tim. Merasa bahwa masker yang berada di pasaran kurang efektif dalam menyaring kadar CO2 yang berbahaya, mereka pun menawarkan karya yang solutif dan inovatif.

Ferdi menuturkan, karya timnya ini berbeda dengan masker biasa yang hanya menahan partikel padatan yang ada di udara. Padahal ada juga partikel seperti karbondioksida (CO2) yang berbahaya jika terhirup terlalu banyak oleh manusia, sehingga darah akan sulit untuk mengirimkan oksigen ke seluruh bagian tubuh.

CFD sendiri dimunculkan sebagai inovasi alat yang dapat menurunkan kandungan zat CO2 yang menggunakan prinsip pengontakan udara kotor dengan larutan kapur. Kalsium juga akan mengikat dengan CO2 menjadi endapan Kalsium karbonat. "Alat CFD ini efektif menurunkan CO2 hingga 38 persen (satuan ppm)," ucapnya.

Tidak hanya inovatif, cerita Ferdi, karya timnya ini juga diakui cukup terjangkau dan efektif. Kelebihan utama dari inovasi tim ini ialah low cost with high efficiency. Alat tim ini dibuat dengan mengutamakan pembersihan CO2 dari udara dengan teknik yang bisa dilakukan pada seluruh kondisi.

"Hal ini menuntut agar mudah diproduksi, mudah dipahami teknik penggunaannya, dan bahan dasar mudah ditemukan," ungkap mahasiswa Teknik Kimia ITS ini.

Keberhasilan tersebut, aku Ferdi, tak luput dari kinerja tim yang maksimal dan pembagian kerja yang efektif. Pemilihan anggota yang berlatar belakang angkatan yang berbeda-beda menjadi salah satu trik. Tim ini memiliki anggota dari angkatan 2019, 2018, hingga 2017.

"Perbedaan tahun angkatan tersebut memiliki poin yang saling melengkapi, setiap angkatan dan umur memiliki perbedaan pengalaman, di mana angkatan baru lebih berfikir kreatif dan angkatan lama lebih berpengalaman menyusun paper dan perakitan alat," papar mahasiswa kelahiran 1999 itu.

Mereka pun telah menetapkan target untuk karya CFD ini. Yakni untuk mendapatkan hak paten dari alat dan membuat jurnal ilmiah yang akan dipublikasikan. Pada kompetisi tersebut, tim ini meraih penghargaan untuk kategori University dengan subtema Science, Engineering, and Technology.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0312 seconds (0.1#10.140)