Uniknya Tradisi Keresan, Berebut Berkah di Perayaan Maulid Nabi

Sabtu, 09 November 2019 - 20:08 WIB
Uniknya Tradisi Keresan, Berebut Berkah di Perayaan Maulid Nabi
Ratusan warga di Desa Sooko, Mojokerto berebut barang yang tergangung di pohon kersen. Tradisi Keresan ini dalam rangka perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw.Foto/SINDONews/Tritus Julan.
A A A
MOJOKERTO - Jalan Dusun Mengelo, Desa/Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, siang itu mulai disesaki warga. Tua-muda, pria-wanita nampak saling berdesakan. Bocah-bocah pun seakan tak mau ketinggalan. Mereka ikut merangsek berusaha mencari tempat terdepan.

Dua pohon kersen (keres dalam bahasa jawa) nampak berdiri kokoh di tengah jalan. Tak sepertinya pohon kersen pada umumnya. Pohon ini justru berbuah baju, sarung, kopyah, uang, sendal, sepatu, jeruk, nanas, kelapa, alat dapur, hingga daster emak-emak.

Ya, pagi tadi, usai subuh, puluhan warga sengaja menanam pohon kersen itu. Lokasinya pun tepat di tengah jalan penghubung antar dusun itu. Bukan untuk protes lantaran kondisi jalan yang rusak. Melainkan sebuah cara merawat tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.

"Ini sudah lazim dilakukan setiap tahun. Pagi tadi kita selawat bersama, kemudian pawai keliling kampung, dan terakhir rombakan keres. Rombakan keres ini sudah ada sejak tahun 1960," kata Muhammad Taufik, panitia tradisi keresan, Sabtu (9/11/2019).

Lantunan doa masih terdengar cukup keras dari corong masjid. Namun, rasa tak sabar sepertinya sudah di ubun-ubun. Puluhan warga langsung menyerbu dua pohon kersen yang berbuah nyeleneh itu. Barikade Banser yang sudah bersiaga pun tak mampu membendungnya.

Tumpukan buah kelapa dan nanas menjadi benda pertama yang jadi rebutan. Sementara, para pemuda memilih memanjat pohon kersen. Tangan-tangan muda itu, nampaknya cukup kuat dan cepat memungut benda berharga yang tergantung di pohon itu. Hingga membuat pohon itu patah.

Tidak ada teriak kesakitan. Gelak tawa justru terdengar dari mulut-mulut mereka. Kendati baru saja terjun bebas dari ketinggian. Dengan sigap, para pemuda ini pun bangkit mengamankan hasil rebutan. Berharap berkah di hari kelahiran kekasih Tuhan.

Warga Dusun Mengelo, Desa Sooko ini memang begitu mensakralkan hari kelahiran Rosul umat Islam. Sejak puluhan tahun silam, mereka selalu menggelar tradisi keresan. Laiknya Idul Fitri, perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, juga menjadi momentum bagi warga untuk memperkuat silaturahmi.

"Jadi setiap perayaan Maulid Nabi karena sakralnya, mereka yang bekerja ke luar kota pasti pulang. Ikut sama-sama merayakan tradisi keresan ini. Selain itu, mereka yang sukses juga menyumbangkan hasilnya untuk perayaan keresan ini," imbuh Taufik.

Dalam tradisi ini, pohon kersen yang digunakan sudah disiapkan setahun sebelumnya. Warga setempat, dilarang menebang pohon kersen yang berukuran besar. Sebab, pohon itulah yang nantinya bakal digunakan dalam perayaan keresan di tahun berikutnya.

"Tidak ada yang menolak, karena memang sejak dulu sudah bergilir. Kalau untuk sepatu, sandal, kopyah, yang dijadikan hadiah ini merupakan produk lokal. Karena warga di Mengelo, mayoritas perajin sepatu, sandal, sarung dan kopyah," jelas pria berusia 45 tahun ini.

Sementara, pohon kersen dipilih karena mengandung makna filosofi yang cukup dalam. Menurut Taufik, pohon ini memiliki buah yang cukup banyak. Harapannya, agar warga Dusun Mengelo, Desa Soko, mendapatkan berkah dan rezeki yang melimpah ruah.

Tak bisa dipungkiri, tradisi keresan ini mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat. Sehingga, tak mengherankan jika tradisi ini selalu diserbu warga setiap tahunnya. Bahkan, tidak hanya warga desa setempat, warga dari desa lain ikut tumpah ruah mengikuti tradisi keresan ini.

Salah satunya Abdul Majid, pria berusia 46 tahun asal Desa Medali, Kecamatan Puri. Ia membawa seluruh keluarganya datang dan mengikuti tradisi keresan ini sedari pagi. Kendati sudah mengijak usia kepala empat, namun Majid tetap nekat ikut berebut bersama dengan warga lainnya.

"Saya sejak kecil, selalu datang. Dulu diajak bapak, sekarang saya ajak anak dan istri saya. Alhamdulillah, masih bisa ikutan berebut dan manjat pohon keres tadi," kata Majid, sembari menunjukan hasil buah nanas serta teko minuman yang didapatnya.

Majid berharap, tradisi keresan ini tetap bisa lestari. Ia mengaku sengaja mengajak anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu. Menurutnya, hal itu tak lain sebagai upaya mengenalkan dan merawat tradisi keresan ini
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.0984 seconds (0.1#10.140)