Tim Peneliti Unej Launching SINGSARAS-Singkong Disawut Jadi Beras

Minggu, 10 November 2019 - 21:49 WIB
Tim Peneliti Unej Launching SINGSARAS-Singkong Disawut Jadi Beras
Rektor Universitas Jember Moh Hasan memotong tumpeng yang dibuat dari singkong disawut menjadi beras (singsaras) saat Dies Natalis ke-55 Unej di lapangan kampus setempat, Minggu (10/11/2019). Foto/ANTARA/HO- Humas Unej.
A A A
JEMBER - Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang diproyeksikan mencapai 267 juta jiwa pada tahun 2019 (BPS, 2015) menuntut pemenuhan pangan yang besar pula.

"Walaupun produksi nasional beras kita terus meningkat, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap beras yang tinggi (114,6 kg/kapita/tahun) menuntut pemenuhan kebutuhan beras yang tinggi sebesar 30,6 juta ton atau setara dengan 51 juta ton gabah pada tahun 2019," kata Koordinator Tim Peneliti Universitas Jember (Unej) Prof Achmad Subagio, dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Minggu (10/11/2010).

Dia mengungkapkan, kebutuhan beras nasional ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. Di sisi lain, tingginya laju alih fungsi lahan persawahan menjadi perumahan, industri, dan transportasi dapat menurunkan produksi beras di Indonesia.

"Untuk itu perlu adanya usaha pengoptimalan sumber-sumber karbohidrat non-beras ini melalui penganekaragaman produk olahannya. Sehingga akan mengurangi ketergantungan pada beras yang akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional," kata dia.

Konsistensi Universitas Jember untuk mengatasi masalah ini sangat tinggi. Tim peneliti di Universitas Jember telah menemukan teknologi pengolahan MOCAF (modified cassava flour) pada tahun 2004, dan dilanjutkan dengan penemuan teknologi “Beras Cerdas” pada tahun 2011. Kedua teknologi ini, terutama MOCAF, telah terdesiminasi secara luas, dan digunakan oleh banyak kalangan untuk memproduksi dan memasarkannya.

"Beras Cerdas adalah beras restrukturisasi dari berbagai bahan baku, alami, dan asli Indonesia, diproses dengan teknologi yang cerdas sehingga lebih bergizi dan lezat dengan menggunakan metode ektruksi panas," kata Achmad.

Proses ini membutuhkan investasi yang tinggi dan penguasaan teknologi yang baik untuk menghasilkan produk yang sempurna. Sehingga harganya menjadi mahal dan penyebaran teknologinya terbatas.

Menghadapi masalah ini, Tim Peneliti Universitas Jember yang dikoordinasikan Achmad melakukan upaya pengolahan singkong dengan proses sederhana yang dapat dilakukan secara rumahan oleh masyarakat.

"Produk teknologi yang dihasilkan disebut dengan SINGSARAS (Singkong Disawut menjadi Beras). Produk ini dilaunching bersamaan dengan Dies Natalis Universitas Jember ke-55 Tahun, sebagai bentuk dukungan Universitas Jember akan penyelesaian masalah-masalah pangan dan pertanian nasional," jelas dia.

Menurut dia, produk SINGSARAS diolah dengan teknologi sederhana, mulai dengan pemilihan singkong yang baik dari varietas manis dengan HCN rendah, pengupasan, pencucian, pembuatan sawut, perendaman untuk menghilangkan tapioka yang di luar, pemerasan, perendaman dengan bumbu yang sesuai, dan pengeringan.

Produk yang dihasilkan berupa sawut-sawut kering berwarna putih cerah dan harum bumbu. Cara memasaknya juga sederhana, dapat dengan dicampur beras 1:1, dan dimasak menggunakan rice cooker.

Hasil analisis menunjukkan bahwa SINGSARAS mempunyai kandungan karbohidrat kompleks dengan kadar serat tinggi yang mencapai 4-5%. Dengan kandungan serat yang tinggi tersebut, SINGSARAS sangat baik untuk dikonsumsi, karena akan memperbaiki sistem pencernaan dan mengurangi kecepatan kenaikan gula darah setelah makan. Selanjutnya, kadar airnya hanya 9% sehingga SINGSARAS dapat disimpan dalam jangka panjang.

Menurut dia, dengan teknologinya yang sederhana dan manfaat kesehatannya yang tinggi, diharapkan SINGSARAS dapat berkembang secara luas di masyarakat baik di perkotaan yang memahami pentingnya mengonsumsi karbohidrat kompleks. Kemudian di daerah-daerah terpencil yang tidak bisa memproduksi beras karena kondisi lingkungannya yang kering. Terutama di pulau-pulau terluar, dan daerah-daerah lahan sub-optimal lainnya dimana singkong dapat tumbuh.

"Akhirnya, diharapkan penyebaran teknologi SINGSARAS dapat mengurangi ketergantungan Indonesia akan beras, sehingga dapat meningkatkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan nasional," pungkas Achmad Subagio.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7885 seconds (0.1#10.140)