Kenang Sejarah, Warga Indonesia Diundang ke Makam Kehormatan

Rabu, 20 November 2019 - 15:16 WIB
Kenang Sejarah, Warga Indonesia Diundang ke Makam Kehormatan
Direktur Yayasan Pemakaman Perang Belanda di Indonesia, Robert C.J.M van de Ridjt, saat memberikan kuliah terbuka di Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Keberadaan taman makam kehormatan tentara asing Belanda, yang tersebar di wilayah Indonesia, menjadi bagian dalam sejarah perjalanan Indonesia, dan dunia.

Agar sejarah itu tetap dikenang, sebagai pembelajaran untuk generasi masa kini dan yang akan datang, Direktur Yayasan Pemakaman Perang Belanda di Indonesia (Director Dutch War Graves Foundation), Robert C.J.M van de Ridjt, mengundang warga Indonesia mengunjunginya.

Ada tujuh makam kehormatan Belanda di Pulau Jawa. Hampir 25 ribu korban perang disemayamkan di tempat peristirahatan terakhir tersebut, akibat pertempuran Laut Jawa pada Perang Dunia II.

Jejak sejarah makam Belanda antara lain berada di Kembang Kuning Surabaya, Menteng Pulo Jakarta, Ancol, Pandu di Bandung, Leuwigajah, Kalibanteng, dan Candi Semarang.

Makam-makam ini dikelola oleh Oorlogsgraven-stichting (Yayasan Makam Kehormatan Belanda) melalui kantor yang berada di Jakarta. Yayasan juga menyimpan sekitar 180 ribu registrasi korban perang yang gugur dari awal Perang Dunia II 9 Mei 1940 hingga saat ini. Seluruh korban memiliki cerita masing-masing.

"Kami ini kenangan itu tetap hidup," kata Robert, saat mengisi bincang dan diskusi akademik di Universitas Widya Kartika (Uwika) Surabaya, Selasa (19/11/2019).

Makam Belanda tersebut, lanjut Robert, terbuka untuk masyarakat umum. Siapapun bisa masuk. Makam ini buka setiap hari mulai jam tujuh pagi hingga jam lima sore.

"Pengunjung boleh datang bersama komunitas atau grup. Tinggal pencet bel dan petugas akan membukakan pintu, dan masuk tanpa biaya," katanya, Selasa (19/11/2019).

Robert mengundang generasi muda Indonesia, untuk berkunjung ke makam sebagai upaya merawat sejarah. Sekaligus menyampaikan pesan kepada dunia tentang derita korban peperangan. Karena, korban Perang Pasifik bukan sekedar tentara asing namun juga pribumi.

Kenang Sejarah, Warga Indonesia Diundang ke Makam Kehormatan


Makam Belanda tersebut, sekaligus menjadi peringatan bahwa sebetulnya perang tidak diperlukan jika setiap masalah bisa diselesaikan secara diplomatik.

"Lewat makam ini, kami tidak menunjukkan tentang orang Belandanya, tetapi kami menunjukkan kepada dunia bahwa juga banyak orang Indonesia yang gugur dalam perang Pasifik melawan Jepang," imbuhnya.

Ia menegaskan, sekitar delapan puluh persen korban perang baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak tidak dapat ditemukan. Jasad mereka hilang. "Di makam ini, kami ingin menyampaikan pesan khususnya kepada pemuda untuk tidak menyelesaikan masalah dengan peperangan, namun dengan langkah diplomatik," tambahnya.

Pria berkebangsaan Belanda ini mengimbau, agar setiap orang memelihara dan menghormati keberadaan Makam Tentara Asing Belanda sebagai langkah merawat nilai historis.

"Karena menjadi kewajiban untuk merawat makam ini atas permintaan keluarga korban perang yang tinggal di Belanda. Kita juga mempunyai kisah di sini," tutur Robert.

Supervisor Taman Makam Kehormatan Tentara Asing Kembang Kuning Surabaya, Audry S. Latuputty mengatakan, ada sekitar 5000 makam di area ini.

Tempat bersemayam korban perang yang berdinas di Angkatan Laut Kerajaan Belanda, Angkatan Darat Kerajaan Belanda, dan Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) serta warga sipil dari kamp-kamp di Jawa Timur.

Di sini juga terdapat Monumen Karel Doorman untuk mengenang 915 serdadu Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang gugur pada Pertempuran Laut Jawa. Mereka tidak memiliki makam karena jasad mereka tetap berada di dalam laut.

Tanah Makam Belanda Kembang Kuning merupakan hibah dari Pemerintah Indonesia. Standar pemeliharaan makam sudah ditentukan oleh yayasan. Lokasi makam harus selalu bersih, sehingga saat keluarga melakukan ziarah akan nyaman.

Ada jadwal khusus seperti potong rumput, membersihkan dan mencuci tanda makam, serta meluruskan nisan berdasarkan standart. Kunjungan keluarga dari Belanda tidak menentu, dalam setahun sekitar 1-2 kali. "Intinya kita meminimalisir komplain dari pihak keluarga," kata Audry.

Dua kali dalam setahun ada prosesi upacara. Pada 27 Februari peringatan perang di Laut Jawa dan 4 Mei Hari Pahlawan di Belanda. "Biasanya tabur bunga, kalau upacara hanya saat seremoni saja," tandasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5808 seconds (0.1#10.140)