Telur Diklaim Beracun, Peternak Ayam Buras di Mojokerto Gerah

Kamis, 21 November 2019 - 05:46 WIB
Telur Diklaim Beracun, Peternak Ayam Buras di Mojokerto Gerah
Peternak telur ayam buras di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
MOJOKERTO - Peternak telur ayam buras (ayam kampung) di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, gerah oleh rumor adanya dugaan kandungan racun dalam telur.

(Baca juga: Isu Telur Ayam Dioksin Sempat Guncang Peternak Blitar )

Para peternak telur ayam kampung ini pun membantah, jika telur hasil ternak mereka mengandung racun dioxin yang berbahaya bagi tubuh. Sebab, selama ini belum ada kasus yang menunjukan adanya konsumen telur yang membeli langsung dari para peternak.

"Selama ini tidak ada persoalan. Saya sudah puluhan tahun makan telur ini, tapi juga tidak terkena apa-apa. Paling hanya pilek atau batuk saja, tapi bukan karena makan telur itu," ujar Naydah saa ditemui sejumlah awak media, Rabu (20/11/2019).

Nenek berusia 60 tahun ini mengaku, selama lebih dari 20 tahun, ia sudah menekuni usaha ternak ayam buras ini. Namun, baru kali ini ia mendengar jika telur hasil para peternak di Desa Bangun, mengandung racun dioxin. Padahal, selama ini para peternak tidak pernah menerima keluhan dari para konsumen.

"Ya baru tahu ini. Kemarin dengar dari tetangga, kalau telurnya disebutkan mengandung racun. Tapi biar saja, karena memang selama ini tidak pernah ada masalah. Tidak ada konsumen yang mengeluh sakit atau apa setelah mengkonsumsi telur dari sini," jelas Naydah.

Mencuatnya rumor dugaan kandungan racun dalam telur yang dihasilkan peternak di Desa Bangun tentunya membuat para peternak marah. Sebab, tak menutup kemungkinan, lambat laun, penjualan telur ayam buras bakal mengalami penurunan. Kendati sejauh ini, penurunan itu belum dirasakan langsung oleh para peternak.

"Jelas salah informasi itu dan merugikan peternak. Karena jelas, penjualan telur peternak di sini akan berkurang. Di Desa Bangun ini tidak hanya peternak ayam buras, namun ada peternak bebek, peternak ayam ras juga," sambung Ami, 31, peternak ayam lainnya.

Dikatakan Ami, informasi terkait adanya kadungan racun dalam telur ayam buras di Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, itu merupakan informasi yang salah dan menyesatkan. Ia pun dengan tegas membantah kabar tersebut.

"Kalau telurnya mengandung racun, jelas ayamnya mati. Sementara selama ini ayamnya juga baik-baik saja. Telur-telur di sini juga dikonsumsi warga sekitar sejak lama, tapi selama ini tidak ada masalah, tidak pernah ada yang sakit atau seperti apa," terangnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kasi Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Mojokerto, mengatakan sudah mendengar kabar tersebut. Bahkan, Disperta sudah terjun ke lokasi pasca mencuatnya kabar adanya telur beracun yang berasal dari Desa Bangun, Kecamatan Pungging.

"Kami sudah ke lokasi dan mengambil sampling telur ayam kampung dari para peternak. Ada sekitar 40 butir sampling telur yang kita ambil dari dua dusun, yakni dari peternak di Dusun Ploso dan Kali Tengah, Desa Bangun. Sampel telur itu akan kita uji di Laboratorium milik Pemprov Jatim (Jawa Timur)," kata Heru Setiyono.

Menurut Heru, hasil uji laboratorium itu baru bisa diketahui sekitar 1 bulan kedepan. Sehingga, pihaknya belum bisa menyampaikan hasil pengujian telur tersebut. Namun, Heru mengimbau kepada masyarakat dan peternak untuk tenang menyikapi kabar adanya telur mengandung racun dioxin dari Desa Bangun ini.

"Selain itu, populasi ayam buras di Desa Bangun itu tidak terlalu banyak. Saat ini jumlahnya hanya sekitar 500-an ekor. Memang diternak oleh warga, biasanya untuk mensuplai toko-toko jamu tradisional. Kami mengimbau agar warga tetap tenang sambil menunggu hasil uji laboratorium," tandasnya.

Empat lembaga penelitian merilis telur dari Dusun Klagen, Desa Tropodo, Krian, Kabupaten Sidoarjo dan Desa Bangun, Kabupaten Mojokerto, mengandung racun dioxin. Empat lembaga itu yakni IPEN, Ecoton, Nexus3 dan Arnika.

Direktur Eksekutif Ecoton, Prigi Arsandi, mengatakan penelitian mengambil enam sampel telur ayam kampung dari Desa Tropodo di Sidoarjo, dan Desa Bangun, Mojokerto. Dia menduga pakan ayam di kedua desa tersebut terkontaminasi hasil pembakaran sampah plastik impor di sekitar area peternakan.

Menurutnya, sampel telur dari dua desa tersebut dibawa ke Swiss untuk diteliti pada Mei 2019. Telur kemudian dianalisis oleh HRGC-HRMS di laboratorium terakreditasi State Veterinary Institute di Praha, Republik Ceko. Hasilnya, telur-telur tersebut diketahui mengandung racun dioxin mencapai 200 pico gram per gram per lemak.

Kandungan telur ini hampir sama dengan konsentrasi dioxin tertinggi dari Asia yang pernah tercatat (248 pg TEQ g-1lemak), yakni dari situs Bien Hoa di Vietnam, bekas pangkalan udara Militer AS. Dikatakan Prigi, telur ayam kampung itu bisa mengganggu sistem reproduksi, liver hingga imun tubuh jika dikonsumsi.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.4694 seconds (0.1#10.140)