Situs Pra Majapahit Ditemukan di Nganjuk, Bekas Kerajaan Panjalu?

Kamis, 21 November 2019 - 12:53 WIB
Situs Pra Majapahit Ditemukan di Nganjuk, Bekas Kerajaan Panjalu?
Struktur bata kuno peninggalan pra-Majapahit sepanjang 23 meter ditemukan di Dusun Sumbergayu, Desa Klurahan, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk. Foto/SINDOnews/Tritus Julan
A A A
NGANJUK - Situs purbakala di Dusun Sumbergayu, Desa Klurahan, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, mulai dieskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim.

Diprediksi, situs berupa struktur bata kuno yang berdiri memanjang tersebut, merupakan peninggalan sebelum era Majapahit.

Ketua Tim Eskavasi Penyelamatan Situs BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, tumpukan bata kuno mirip tembok penahan tanah atau talud itu kali pertama ditemukan oleh Rudianto (50), pemilik lahan. Kala itu, ia sedang menggali tanah guna menguruk pondasi rumah barunya. Cangkul yang digunakannya untuk menggali membentur bata berukuran cukup besar.

"Dari itu kemudian dilaporkan ke BPCB. Selanjutnya, pada 7 Oktober 2019 lalu dilakukan peninjauan dan kemudian direkomendasikan untuk dilakukan ekskavasi penyelamatan. Untuk ekskavasi awal ini, akan dilaksanakan selama 3 hari, mulai kemarin, hingga besok," ujar Wicak kepada SINDONews, Kamis (21/11/2019).

Ada yang menarik dari hasil ekskavasi hari pertama yang dilakukan tim BPCB Jatim, pada Rabu, (20/11/2019) kemarin. Sepanjang 23 meter struktur bata kuno yang terpendam di kendalaman sekitar 2 meter, berhasil disingkap tim ekskavasi yang berjumlah 11 orang ini. Tumpukan bata kuno itu, diketahui membentang arah barat daya ke timur.

"Kalau untuk bentuknya apakah dinding atau talud, kami belum bisa memastikan. Tapi menariknya, dimensi bata yang ditemukan di Ngronggot memiliki panjang 42 cm, lebar 24 cm, dan tebal mencapai 10-12 cm. Dimensi ini berbeda dengan situs-situs era Majapahit yang ditemukan di Trowulan, Mojokerto dengan panjang 33 cm, lebar 22 cm, dan ketebalan 5-6 cm," imbuh Wicak.

Diperkirakan, tumpukan bata itu dibangun sebelum era Majapahit, berkisar pada abad 10 atau 11 masehi. Ukuran bata kuno yang cukup besar itu, mirip dengan temuan situs di Segaran, Singosari, Kabupaten Malang serta di situs Made yang berada di Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang. Bata kuno di lokasi itu, memiliki ukuran panjang 40cm, lebar 22cm, tebal 8-10 cm.

Selain itu juga temuan bata kuno di wilayah Kabupaten Kediri. Sayangnya, situs di Kediri itu hancur lantaran perusakan. Sementara, situs bata kuno di Kecamatan Ngronggot ini, diduga dibuat di era pemerintahan Raja Airlangga. Konon, Raja Kahuripan ini memang membagi dua wilayah kekuasannya, menjadi Kahuripan dan Panjalu atau yang dikenal dengan Kadiri.

"Sementara kita menyebutnya era Kadiri dan Singosari. Di Ngronggot ini kan cukup banyak situsnya, selain itu juga berada di sebelah barat sungai Brantas. Apakah yang di Ngronggot ini bagian dari atau mungkin bekas Kerajaan Panjalu? hipotesis saya mengarah ke situ," jelasnya.

Belum ada dokumen kuno maupaun peta kuno yang menyebutkan wilayah Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, merupakan bekas Kerajaan Panjalu. Hanya saja, dalam Serat Calon Arang, Nagarakretagama, dan prasasti Turun Hyang II menyebutkan, kala itu Mpu Bharada diminta Airlangga untuk membelah wilayah kekuasan kerajaannya menjadi dua.

"Konon pembagian itu dibatasi dengan sungai. Banyak ahli mencari dimana letakanya sungai itu batas Panjalu dan Jenggala itu. Apakah batasnya itu sungai Brantas, atau sungai lain. Jika sungai Brantas, bagaimana dengan temuan di timur dan barat sungai Brantas. Saya kan juga lagi konsentrasi dengan temuan situs di Jombang, itu di timur Brantas," terangnya.

Meksi, lanjut Wicak, masih diperlukan data lain guna memastikan situs di Ngronggot ini merupakan bekas peninggalan Kerajaan Panjalu. Sebab, pada hari pertama ekskavasi, Tim BPCB Jatim belum mendapati temuan artefak lain. Menurut Wicak, penggalian hari pertama memang difokuskan untuk menyingkap lapisan tanah bagian atas yang menimbun situs bata kuno itu.

"Belum ada untuk temuan lain, misalnya arca, atau gerabah. Hari ini, kami akan menggali lagi ke bawah untuk mengetahui ketinggian struktur bata kuno yang ditemukan ini," pungkas arkeolog jebolan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.2617 seconds (0.1#10.140)