Berselimut Kabut, Menikmati Kehangatan Jazz di Lereng Ijen

Minggu, 23 September 2018 - 09:01 WIB
Berselimut Kabut, Menikmati Kehangatan Jazz di Lereng Ijen
Penyanyi jazz, Andien tampil mempesona diajang Jazz Gunung Ijen, yang dihelat di Amfiteater Taman Gandrung Terakota, Kabupaten Banyuwangi. Foto/SINDONews/Lukman Hakim
A A A
"Semuanya T'lah Terjadi
Cintaku Telah Pergi
Dan Kini Kusendiri
Tanpa Dirimu Lagi
Tak Mudah... Menepis
Cerita Indah..."

Sepenggal lirik berjudul "Semusim", dilantunkan merdu penuh kehangatan oleh seniman jazz, Marcell Siahaan, membius lereng Gunung Ijen, yang malam itu berselimut kabut.

Kehadiran Marcell, dengan lagu-lagu romantis dan suara merdunya, seperti mencairkan kabut-kabut beku Gunung Ijen. Ribuan penikmat jazz, dibuatnya terhanyut di Amfiteater Taman Gandrung Terakota, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (22/9/2018) malam.

Mengenakan setelah jas warna biru langit, suara merdu Marcell mampu menghipnotis penonton yang duduk berbaris rapi didepan panggung. Penyanyi bernama lengkap Marcellius Kirana Hamonangan Siahaan, tampil diiringi alunan musik dari Shadow Puppet.

Tuntas lagu Semusim, disusul dengan lagu berjudul Malem Minggu. Harmonisasi gebukan drum, denting piano dan petikan gitar, serta betotan bass, membuat lagu yang dipopulerkan almarhum Benyamin Sueb itu terasa berbeda.

Marcell tampil di Jazz Gunung Ijen ini, tepat pukul 21.00 WIB. Sebelumnya, pagelaran yang sudah memasuki tahun ke enam ini, terlebih dahulu dimeriahkan penampilan dari Student Banyuwangi, Passatu (MD Jazz Wanted 2018), MLD Jazz Project Season 3.

Masing-masing dari grup band ini, menyanyikan sejumlah lagu selama kurang lebih setengah jam. Harga tiket untuk menikmati pagelaran ini dibanderol Rp750.000 untuk premium, dan Rp375.000 untuk regular. Tiket itu sudah termasuk jamuan makam malam.

Semakin malam, suhu udara di kawasan yang memiliki ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, semakin turun. Tetapi, para penonton enggan beranjak dari depan panggung pagelaran jazz gunung ini.

Sambil mengenakan jaket tebal, mereka bertahan menikmati pertunjukkan yang berada di tengah area persawahan, dan dikelilingi empat gunung tersebut. Antara lain, Merapi, Raung, Ranti dan Suket.

Suasana magis di antara gunung-gunung yang menjulang tinggi. Membuat keindahan musik jazz semakin hidup dalam nuansa berbeda. Penonton juga dihangatkan oleh tampilan musisi jazz senior, Idang Rasjidi.

Pria yang kini sudah menginjak usia 60 tahun ini, membawakan alunan jazz instrumental yang renyah, dengan sentuhan pukulan alat musik perkusi. Tidak sendiri, musisi jazz kenamaan Indonesia itu, ditemani penyanyi Putu Sastrani.

Dara kelahiran 15 November 1988 itu, menyanyikan lagu yang dipopulerkan Sundari Soekotjo "Di Bawah Sinar Bulan Purnama". Penyanyi opera ini, sukses menyanyikan lagu tersebut dengan vokal berwarna klasik.

Sementara itu, tak jarang gemuruh tepuk tangan penonton menyeruak disela-sela Idang memainkan tuts piano. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas yang terlihat membaur bersama penonton lainnya juga larut dalam aluan nada-nada jazz.

"Ibarat orang tersenyum, Banyuwangi adalah lesung pipitnya. Luar biasa Banyuwangi," kata Idang mengawali penampilannya.

Selepas Putu, Idang yang mengenakan udeng khas Banyuwangi, memanggil Mus Mujiono. Sama seperti Idang, musisi jazz itu muncul ke depan panggung, juga dengan mengenakan udeng. “Saya tampil di sini bukan untuk main ludruk ya, tapi main musik," candanya.

Sedetik kemudian, dia melantunkan lagu yang sudah cukup populer di telinga penikmat musik Indonesia. Lagu itu berjudul "Arti Kehidupan". Ketika menginjak pada reff, semua penonton langsung bersama-sama ikut menyanyi. "Engkau bukan yang pertama, tapi pasti yang terakhir, dicintamu, kutemui arti hidupku,".

Seniman Djaduk Ferianto yang bertindak sebagai host, membawa pertunjukan ini penuh keceriaan, hingga tidak jarang membuat penonton tertawa lepas dengan joke-joke segarnya.

Satu hal yang spesial dari pertunjukan ini adalah, keintiman interaksi antara artis penyanyi, dengan penonton, serta para musisi, seolah tanpa jarak lagi. Kedekatan ini, membuat penonton bisa mendengarkan lebih detail suara para musisi.

"Tidak hanya kedekatan yang ditawarkan, para penonton diajak menambah wawasannya seputar musik jazz. Khususnya terkait musikalitas para musisi yang hadir," kata Djaduk.

Promotor Jazz Gunung Indonesia, Sigit Purnomo berharap, pertunjukkan ini menjadi daya tarik wisatawan, sekaligus edukasi jazz bagi generasi muda.

Jazz Gunung Ijen, selain mempopulerkan kawah Ijen, juga menggandeng musisi jazz lokal. Termasuk, memberikan pemahaman seputar musik jazz kepada penonton. Ini yang membuat berbeda dengan Jazz Gunung Bromo yang murni pagelaran musik.

"Sejak kami awal hadir di Banyuwangi, memang ingin mengembangkan pariwisata, seni dan budaya Banyuwangi. Salah satunya dengan membangun Amfiteater Taman Gandrung Terakota, untuk merawat kebudayaan Banyuwangi," katanya.

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar menyatakan, pertunjukkan Jazz Gunung Ijen diharapkan bisa menjadi festival yang bisa menyedot wisatawan, khususnya segmen penggemar musik jazz.

Pertunjukkan musik tahunan ini, menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan swasta mampu mempercepat pengembangan pariwisata. Pihaknya mengaku akan terus mendukung pihak lain yang menggelar kegiatan di rangkaian Banyuwangi Festival.

"Kami mengapresiasi semua pihak yang terus berupaya mendatangkan wisatawan ke sini (Banyuwangi), dengan menggelar berbagai kegiatan menarik. Seperti pertunjukkan jazz yang bagus ini," kata Anas.

Berselimut Kabut, Menikmati Kehangatan Jazz di Lereng Ijen


Pertunjukkan yang digelar di komplek Jiwa Jawa Resort Ijen ini, dipungkasi oleh penampilan Andien. Penyanyi jazz yang merintis karirnya sedari kecil ini, mengawali penampilannya dengan lagu berjudul "Sahabat Setia".

Hentakan lagu yang dibawakan Andien, membuat para penonton terhanyut dan bergoyang mengikuti irama jazz, dan melupakan dingin angin gunung berganti hangatnya jazz.

Menginjak lagu ketiga, Andien membawakan lagu berjudul "Rindu Ini". Saat tembang ini dinyanyikan, penyanyi bernama lengkap Andini Aisyah Haryadi itu, melepas sepatu hak tingginya. Dia kemudian turun dari atas panggung dan membaur bersama penonton.

Semua penonton sontak berdiri dan ikut bernyanyi bersama Andien. Istri dari Irfan Wahyudi ini, juga mengarahkan dan membimbing penonton untuk mengiringi dia menyanyi sembari melambaikan tangan.

Andien juga mengajak penonton bergoyang mengikuti irama lagu. Sesekali Andien juga meminta penonton untuk ikut menyumbangkan suaranya. Selama hampir satu jam, anak didik musisi jazz Elfa Secioria ini menghibur penonton dengan 7 buah lagu.

Lagu "Moving On" menjadi penutup dari penampilan penyanyi berusia 33 tahun tersebut. Lagu terakhir, yang terus menyalakan Jazz Gunung Ijen di setiap hati penikmatnya, memberikan kehangatan dan kedamaian untuk kehidupan.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8712 seconds (0.1#10.140)