Ini Benda Bersejarah Sumbangan Para Kolektor ke Museum Pendidikan

Senin, 25 November 2019 - 23:34 WIB
Ini Benda Bersejarah Sumbangan Para Kolektor ke Museum Pendidikan
Para kolektor membagikan koleksi mereka ke Museum Pendidikan di Genteng Kali, Kota Surabaya. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Para kolektor memberikan andil besar bagi koleksi Museum Pendidikan di Jalan Genteng Kali, Kota Surabaya, yang telah diresmikan, Senin (25/11/2019).

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Antiek Sugiarti menuturkan, komunitas vintage atau sejarah selain membantu isi koleksi museum pendikan, juga museum-museum lainnya di Indonesia.

"Seperti Museum 10 Nopember, Museum Olahraga, kita kolaborasi dengan mereka (kolektor)," ujar Antiek.

Ia menambahkan, barang-barang koleksi yang masuk semuanya diperiksa terlebih dahulu oleh narasumber ahli maupun kurator berkaitan dengan tahun pembuatannya, termasuk jika dipasang di museum dengan huruf pegon serta apa saja isinya bisa diketahui.

"Jadi untuk mengecheck, memnag kita menggunakan narasumber ahli dan dengan kurator untuk mengetahui tahunnya, jika diterjemahkan isinya apa dan darimana," ucapnya.

Antiek menambahkan, pihaknya saat ini tengah mengatur story linenya mulai dari zaman pra aksara, jaman kerajaan, kolonial, perjuangan hingga kemerdekaan. Meski belum optimal, karena penempatan dan stadarisasinya masih dalam proses.

"Kita masih melakukan evaluasi dengan tim arsitektur, desain untuk penataan, alur dan pengamanannya," tegasnya.

Ia mengungkapkan, barang-barang koleksi tersebut keberadaannya ada yang merupakan hibah dari para kolektor, melalui proses penggantian, serta diperoleh dari pembelian.

"Sesuai ketentuan internasional museum ini senin tutup. Tetapi nanti kita evaluasi, apakah seperti museum 10 Nopember yang tiap hari buka atau apa," sambungnya.

Ketua Umum Surabaya Vintage Community, Ali Budiono, saat penyerahan barang-barang koleksi menyampaikan, bahwa sebanyak delapan puluh persen koleksi Museum Pendidikan merupakan barang-barang dari komunitasnya.

Pihaknya mengumpulkan baang-barang tersebut selama tiga bulan. Beberapa barang koleksi yang diserahkan ke Disbudpar untuk mengisi koleksinya, antara lain, Sabak, buku tulis, buku pelajaran, manuskrip atau naskah kuno, mesin ketik, dan alat laboratorium. "Mesin cetak dari Percetakan Muhammadiyah di Yogyakarta," sebutnya.

Ali menyebut, jumlah barang yang datang dari komunitasnya di museum pendidikan sekitar 700 koleksi. Koleksi tersebut pengumpulannya, dari hasil komunikasi antar komunitas barang-barang kuno. Di Surabaya terdapat 500 anggota komunitas, sedangkan di Indonesia jumlahnya ribuan.

"Misalkan sabak, kita kesulitan menemukannya saat ini. Kita dapat lumayan banyak dari daerah Jawa Tengah. Di Surabaya sulit mendapatkannya," ungkapnya

Ia menyebut, bahwa sejumlah koleksi yang diserahkan ke Disbudpar datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa tengah, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa Timur.

"Manuskrip dari Aceh. Naskah dari daun lontar, deeluwang kertas atas kertas eropa itu ada di tahun 1700-1800," katanya

Barang koleksi Museum yang didapat dari Surabaya berupa buku-buku pelajaran di zaman Belanda dan Jepang hingga di era kemerdekaan. Buku-buku tersebut beberapa diantaranya adalah ijazah sekolah Tionghoa,

Ali Budino menyebut, penyerahan benda-benda kuno sebagai koleksi Museum Pendidikan, agar koleksi tersebut berguna untuk dunia pendidikan, terutama pendidikan anak di masa mendatang.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.7117 seconds (0.1#10.140)