Ratusan Profesor Kumpul di Bogor Bahas Strategi Dongkrak Kualitas SDM

Rabu, 27 November 2019 - 12:19 WIB
Ratusan Profesor Kumpul di Bogor Bahas Strategi Dongkrak Kualitas SDM
Sebanyak 114 profesor dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta yang tergabung dalam API berkumpul di IPB International Convention Center (IICC) di Bogor, Selasa (26/11/2019). Foto/SINDOnews/Haryudi
A A A
BOGOR - Sebanyak 114 profesor berkumpul di IPB International Convention Center (IICC), Baranangsiang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (26/11/2019).

Mereka adalah profesor dari berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta yang tergabung dalam Asosiasi Profesor Indonesia (API). Selain menghadiri kongres ke-2 API, mereka juga membahas berbagai persoalan bangsa khususnya menyangkut strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

"Hari ini para profesor berkumpul di Bogor untuk kongres. Tadi saya sampaikan pada profesor yang tergabung dalam Asosiasi Profesor Indonesia, bahwa ini kesempatan berkolaborasi dengan pemerintah dan harus terus menginspirasi menghasilkan SDM unggul," kata Rektor IPB University Prof Arif Satria usai membuka seminar dan kongres API ke-2 di Bogor, Selasa (26/11/2019).

Menurut dia, hanya dengan inspirasi, orang akan tertarik untuk bisa maju. Inspirasi hanya bisa dilakukan, tidak hanya dengan kata-kata tapi harus dengan inovasi.

"Nah inovasi-inovasi kami dorong sesuai revolusi industri 4.0 maka inovasi itu benar-benar bisa menjawab tantangan zaman dan ketidakpastian, dan itu semua harus berbasis pada kolaborasi," kata dia.

Menurut dia, inovasi ke depan tak cukup bisa dilakukan sendiri, tapi harus kolaborasi. Era ke depan adalah era kolaborasi sehingga adanya Kongres API di IPB University ini bisa lebih memperkuat kolaborasi, khususnya di kalangan profesor.

Terkait itu, pihaknya tidak mempersoalkan para profesor yang menentang Presiden Jokowi dalam menempatkan kalangan generasi milenial dalam kabinetnya.

"Itu jabatan politis dan hak prerogatif presiden. Apalagi jelas jabatan menteri bukan jabatan profesional. Oleh karena itu kami harus mengapresiasi keputusan presiden. Harus kami dukung dan harus terus kita dialogkan terkait bernagai hal-hal policy SDM di Indonesia ini," kata dia.

Bagaimanapun, kata dia, Menristek Dikti dan Mendikbud memiliki program jangka panjang yang sangat bagus. "Khususnya bagi penyediaan SDM yang sesuai dengan konteks masa depan dan siap menghadapi volatility, uncertainty, complexity and ambiguity (VUCA). Di era VUCA ini, tidak hanya SDM yang pintar tapi diperlukan kelincahan dalam membaca peluang, kritis, kreatif dan lain sebagainya," kata dia.

Menurut dia, kreativitas di lingkungan kampus juga menjadi penting. Bahwa dengan adanya otonomi kampus ini bisa menjadi ajang yang sangat kondusif bagi tumbuhnya inovasi-inovasi.

"Kami tidak merasa terpinggirkan dengan dipilihnya SDM milenial di kementerian, kampus harus open minded atau terbuka dan memberi kesempatan kepada siapa pun yang ditunjuk maka harus disupport semuanya," kata dia.

Sementara itu, Ketua Umum API Profesor Prof Sofian Effendi tidak sepakat jika jabatan menteri diisi oleh kalangan generasi milenial dianggap tidak terlalu qualified dalam mengemban tugas karena minim pengalaman.

"Saya teringat ucapan Prof BJ Habibie yang mengkritik anaknya Ilham Habibie dalam menduduki jabatan Direktur PT Dirgantara Indonesia dianggap belum qualified karena pengalamannya belum 10 tahun, Habibie saja butuh waktu 25 tahun. Ada yang tidak bisa dicapai dengan ijazah, yaitu pengalaman dan kebijaksanaan," kata dia.

Ternyata, lanjut dia, sekarang banyak pelanggaran terhadap tentang pentingnya pengalaman dan kebijaksanaan ketimbang nilai akademik atau ijazah. "Gelar akademis tertinggi belum tentu menjamin orang yang menyandangnya qualified dalam menduduki jabatan strategis sekelas menteri," kata dia.

Meski demikian, pihaknya tidak menampik generasi milenial memiliki karier hebat dalam perusahaan atau usaha, tapi memimpin birokrasi itu berbeda dengan perusahaan. "Mereka itu kan belum ada pengalaman memimpin birokrasi. Sebab birokrasi itu makhluk lain. Perusahan kalau rugi, itu kan perusahaan dia. Ya kalau ini kan negara, kalau ada masalah yang rugi bangsa ini yang menderita," kata dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.2165 seconds (0.1#10.140)