Dituding Tak Perawan, Atlet SEA Games Kediri Tinggalkan Olahraga

Jum'at, 29 November 2019 - 19:31 WIB
Dituding Tak Perawan, Atlet SEA Games Kediri Tinggalkan Olahraga
Ayu Kurniawati, ibu kandung SAS (18) atlet SEA Games 2019 yang dipulangkan paksa karena dianggap sudah tidak perawan. Foto/SINDOnews/Solichan Arif
A A A
KEDIRI - SAS (18) atlet senam lantai Sea Games 2019 asal Kota Kediri yang dipulangkan paksa karena alasan tidak perawan sudah memutuskan hengkang dari olahraga yang pernah mengharumkan nama daerah, bangsa dan negara.

Menurut Ayu Kurniawati, putri sulungnya sudah terlanjur patah hati. Kalau pun ada keadilan yang memberinya kesempatan kembali ke pelatnas, SAS akan menolak.

"Sudah memutuskan tidak mau lagi menjadi atlet," kata Ayu kepada SINDOnews.com saat ditemui di rumahnya Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kotamadya Kediri, Jumat (29/11/2019).

SAS mengenal olahraga senam lantai sejak kelas dua sekolah dasar. Selama dibimbing guru di sekolah dan KONI daerah, bakatnya semakin menonjol. Melihat potensi yang dimiliki putri sulung pasangan Satrio Utomo dan Ayu Kurniawati, KONI Jawa Timur merekomendasikan SAS masuk ke pusat pelatihan Persatuan Senam Indonesia (Persani) di Gresik.

"Sejak kelas empat SD anak saya kemudian pindah ke Gresik. Tinggal di mess atlet dan sekolah," kata Ayu.

Di Gresik hingga kelas 3 SMA (SMAN 01 Kebomas) prestasi atlet SAS terus menanjak. Dia menyabet sejumlah medali emas tingkat daerah dan nasional. Diantaranya meraih emas di Kejurnas Jambi dan menyabet perunggu di kejuaraan Olahraga Asian School 2017 di Singapura.

"Total ada 49 medali," ujar Ayu memperlihatkan beberapa medali yang ditempatkan di dalam bingkai kaca (pigora). SAS tercatat sebagai atlet Pelatda selama dua tahun dimana setiap bulan menerima honor dari negara Rp4 juta per bulan. Kemudian selama dua bulan (Oktober dan November 2019) masuk Pelatnas dengan gaji tiap bulan Rp6 juta.

Namun karir sebagai atlet yang ditapaki selama 10 tahun itu runtuh seketika setelah Persani memulangkan paksa dengan alasan tidak perawan. Ayu tidak membantah putri sulungnya memang pacaran. Dia juga tidak menyangkal pernah mendapat pemberitahuan dari pelatih jika SAS melakukan pelanggaran indispliner.

Namun Ayu tidak bisa menerima pemulangan paksa itu karena alasan sudah tidak perawan. Selain menghancurkan masa depan anaknya, hasil tes keperawanan di dokter kandungan RS Bhayangkara Kediri menyatakan tidak ada selaput dara yang rusak. "Tapi kenapa hasil tes dari RS Bhayangkara itu tidak bisa diterima?" keluhnya.

Saat ini SAS masih berada di Gresik. Dia tidak lagi tinggal di mess Persani, melainkan bertempat di kos. Ada pung yang membuat Ayu sedih, anaknya lebih banyak menyendiri dan enggan bersekolah. SAS juga mengungkapkan ingin pindah sekolah ke Kediri. "Dia bilang setelah lulus SMA ini ingin langsung kerja. Baginya karir menjadi atlet sudah tutup buku," ungkap Ayu yang menuntut nama baik anaknya untuk dikembalikan.

Kuasa hukum SAS, Imam Moklas menyesalkan keputusan Persani yang memulangkan paksa kliennya dengan alasan tidak perawan. Saat kebenaran alasan itu (keperawanan) dipertanyakan, anehnya Persani berkelit dengan dalih pelanggaran indispliner, yakni pacaran dan sering keluar malam.

Imam Moklas tidak tahu pasti apakah pacaran termasuk pelanggaran indispliner dalam perjanjian antara atlet dan Persani. Namun dengan masuk ke Pelatnas, kliennya sudah melalui proses verifikasi yang panjang dan kompeherensif. "Kalau memang kesalahannya indispliner, kenapa alasan yang disampaikan adalah soal virginitas?" kata dia bertanya.

Dalam kasus ini kuasa hukum SAS telah mengirim surat pengaduan resmi ke Presiden Joko Widodo, Kemenpora, KONI dan Persani.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7723 seconds (0.1#10.140)