Petilasan Ki Padmosusastro, Sastrawan Sekaligus Wartawan Jawa dari Solo

Senin, 02 Desember 2019 - 07:00 WIB
Petilasan Ki Padmosusastro, Sastrawan Sekaligus Wartawan Jawa dari Solo
Rumah peninggalan keluarga sastrawan Jawa dan wartawan Jawa asal Kota Solo, almarhum Ki Padmosusastro di Jalan Ronggowarsito, Timuran, Banjarsari, Solo. Foto SINDOnews/Ary Wahyu Wibowo
A A A
Rumah peninggalan keluarga sastrawan dan wartawan Jawa asal Solo, almarhum Ki Padmosusastro di Jalan Ronggowarsito, Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo menjadi saksi bisu kiprahnya di masa silam. Sosok Ki Padmosusastro merupakan sastrawan Jawa yang lahir di Kampung Sraten, Kota Solo pada 20 April 1843 silam.

Semasa kanak kanak, dia bernama Suwardi. Ki Padmosusastro yang berjiwa wartawan, semasa muda pernah memperdalam ilmu ke Leiden, Negeri Belanda dan bergaul dengan banyak tokoh nasional, seperti dokter Tjipto Mangunkusumo.

“Ki Padmosusastro berbeda dengan sastrawan dan wartawan Jawa pada zamannya yang melakukan kritik menggunakan simbol-simbol, almarhum mengritik menggunakan kata-kata lugas dan langsung,” kata Heri Priyatmoko, sejarawan yang meneliti jejak Ki Padmosusastro.

Bahkan, karya Ki Padmosusastro berbeda dengan karya gurunya, RNg Ronggowarsito yang banyak menggunakan simbol-simbol.

Pada usia sekitar 43 tahun, almarhum memperdalam ilmu kesusastraan dan menerbitkan Koran Djawi Kandha pada 1886. Sebagai anak zaman, Ki Padmosusastro merupakan orang Jawa yang memanfaatkan teknologi cetak untuk menerbitkan koran, bekerjasama dengan Tan Koen Swie dari Kediri.

“Karya-karyanya yang lugas dapat dilihat di koran tersebut yang tersimpan di perpustakaan nasional,” ungkapnya.

Berdasarkan catatan sejarawan Heri Priyatmoko, Ki Padmosusastro yang pernah memimpin museum tertua Radyapustaka Solo dengan nama Ngabehi Wirapustaka, termasuk sosok yang produktif menerbitkan karyanya. Diantaranya karya-karya besarnya yang telah diterbitkan adalah Serat Woordenlijst, Urapsari, Piwulang Nulis, Carakan Basa, Layang Carakan, Serat Pathibasa, Serat Campurbawur, Layang Bausastra, Layang Bauwarna, Rangsang Tuban, dan Serat Prabangkara.

Guna mengenang jejak sejarah dan perjuangannya, petilasan Sastrawan dan Wartawan Jawa Ki Padmosusastro Dihidupkan Jadi Rumah Budaya. Rumah kuno berarsitektur limasan telah diluncurkan sebagai Rumah Budaya Ki Padmosusastro pada 24 November 2019 lalu.

Kondisinya dipadukan dengan hadirnya Warung Ndesa dan Wedangan Ndesa. Upaya membangkitkan kembali kehidupan di rumah petilasan Ki Padmosusastro yang kini berstatus sebagai cagar budaya, sebenarnya telah bertahun-tahun dirintis.

Bahkan, budayawan Sardono W Kusumo bersama para seniman Kota Solo, dengan penuh semangat ingin memanfaatkan rumah warisan tokoh murid pujangga Keraton Surakarta,

RNg Ronggowarsito itu untuk aktivitas budaya namun akhirnya kandas. “Ndalem Padmosusastran akan kembali menjadi ruang untuk menghidupkan kultur yang mardiko atau merdeka dan marsudi atau menekuni budaya Jawa. Itu selaras dengan karakter almarhum Ki Padmosusastro yang di masyarakat Jawa dikenal sebagai Tiyang Mardiko ingkang Marsudi Kasusastran Jawa,” tutur Fawarti Gendra Natautami (Fafa), inisiator Rumah Budaya Ndalem Padmosusastro dan Warung Ndesa.

Rumah Budaya Ki Padmosusastro akan digelar secara rutin berbagai aktivitas kebudayaan, seperti pentas seni, sanggar tari, pentas teater, musik, pemutaran film, diskusi kebudayaan dan pusat kajian budaya.

Sedangkan kehadiran Warung Ndesa dengan sajian menu khas serba ndesa, bertujuan untuk menghidupi program-program kegiatan Rumah Budaya Ki Padmosusastro. “Untuk menghidupi kebudayaan itu mahal. Kami mencoba menghidupinya dari warung dengan kuliner yang sangat khas desa,” tandasnya
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6394 seconds (0.1#10.140)