Dilanda Kekeringan, Petani di Blitar Selatan dan Tulungagung Butuh Sumur Bor

Senin, 02 Desember 2019 - 22:45 WIB
Dilanda Kekeringan, Petani di Blitar Selatan dan Tulungagung Butuh Sumur Bor
Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur Bambang Rianto saat serap aspirasi pada kegiatan reses i DPRD Jatim.Foto/ist
A A A
SURABAYA - Setiap musim kemarau, kekeringan masih menjadi masalah serius masyarakat di Blitar dan Tulungagung. Masyarakat di dua kabupaten ini selalu kekurangan air, terutama untuk lahan pertanian mereka.

Tahun ini misalnya, puluhan hektar lahan padi di wilayah Blitar selatan mati, karena tidak ada pasokan air. Akibatnya, banyak petani merugi. Menurut warga di dua daerah tersebut, kekeringan selalu menjadi masalah tahunan yang tak kunjung teratasi.

Anggota Komisi D DPRD Jawa Timur Bambang Rianto mengatakan, mayoritas warga di Blitar Selatan, menggantungkan hidup dari bertani. Karena itu, ketika sumber penghasilan ini terganggu, masyarakat menjadi bingung.

"Ada bayak petani gagal panen gara-gara kekeringan. Mereka tidak bisa mengairi tanaman mereka karena memang tidak ada pasokan air. Irigasi tidak ada. Sungai juga mengering," katanya, Senin (2/12/2019).

Bambang mengatakan, beberapa petani memang punya sumur bor sebagai alternatif. Namun, sebagian besar airnya tidak keluar. Selain karena dangkal, jumlah sumur tersebut juga terbatas dan harus diperebutkan banyak petani.

"Pada reses beberapa hari lalu, banyak petani menginginkan sumur bor ini. Warga berharap ada bantuan dari pemerintah provinsi, untuk membuatkan sumur bor, sehingga lahan pertanian mereka tidak kering san mati" kata politisi Hanura ini.

Karena itu, bambang berharap ada langkah nyata dari Dinas PU Pengairan Provonsi Jatim untuk mengatasi masalah tersebut. "Kami sudah menginventarisir kebutuhan. Titik-titik mana saja yang membutuhkan sumur bor ini. Harapan kami ada komitmen mereka (pemprov jatim) untuk merealisasikannya. Minimal, tahun depan harus sudah dikerjakan," katanya.

Bambang mengatakan, saat ini Blitar dan Tulungagung telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai wilayah surplus padi. Maka, jangan sampai program tersebut terganggu lantaran pasokan air tidak ada. "Kalau kondisinya seperti ini (kekeringan) mustahil, program surplus padi ini terealisasi," katanya.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim bencana kekeringan di Jatim, melanda 622 desa di 26 kabupaten/kota di Jawa Timur. Untuk meminimalisasi, BPBD Jatim juga sudah melalukan droping air bersih sebanyak 108 juta liter
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.0152 seconds (0.1#10.140)