Aktualisasi Kearifan Lokal Cermin Ideologi Pancasila

Kamis, 05 Desember 2019 - 09:54 WIB
Aktualisasi Kearifan Lokal Cermin Ideologi Pancasila
Menteri Sosial, Juliari P. Batubara saat membuka Sarasehan Nasional Kearifan Lokal Tahun 2019 di Surabaya. Foto/SINDOnews/Masdarul Khoiri
A A A
SURABAYA - Menteri Sosial, Juliari P. Batubara membuka Sarasehan Nasional Kearifan Lokal 2019. Dalam sarasehan itu, dia menegaskan pentingnya menjaga nilai kearifan lokal.

Selain sarasehan nasional, selama berkegiatan di Kota Surabaya, Juliari juga membuka acara Rekonsiliasi Nasional Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai Program Keluarga Harapan (PKH).

"Nilai-nilai kearifan lokal adalah budaya yang harus dijaga, dihormati dan dihargai. Kearifan lokal sebagai bagian dari adat istiadat lokal yang berasal dari beragam suku bangsa, mencerminkan Indonesia adalah negara yang multi etnis, agama, ras dan golongan. Kebhinekaan merupakan realitas Bangsa Indonesia yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya," tegasnya.

Menurut Mensos yang akrab dipanggil Ari, nilai-nilai kearifan lokal tidak hanya sekedar diucapkan dari mulut tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. "Contoh dalam diri saya ada keturunan Batak dan Jawa, sejak lahir saya sudah disebut 'pejabat' peranakan jawa batak dan saya menikah dengan wanita keturunan dari suku lain," ujar Ari.

Aktualisasi dan implementasi nilai-nilai riflok secara nyata di tengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi sangat penting mengingat riflok mampu menyatukan keanekaragaman budaya, tradisi, dan adat-istiadat dalam ikatan kebersamaan yang saling menghormati dan menghargai.

Aktualisasi kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari, merupakan cermin ideologi Pancasila. Pancasila merupakan cara terbaik untuk kembali menguatkan jati diri bangsa dari gangguan, dan ancaman ideologi asing. Hal tersebut, juga sesuai dengan arahan Presiden, Jokowi Widodo (Jokowi).

"Presiden selalu mengingatkan ideologi kita pegang teguh dalam setiap kebijakan dan perilaku kita. Ideologi adalah perekat bangsa ini, supaya bangsa ini tidak menjadi pecundang," tegas Mensos.

Pemerintahan Jokowi, adalah pemerintahan yang menjunjung tinggi keberagaman dan terus mendorong agar nilai-nilai kearifan lokal tetap lestari dan diwariskan ke anak cucu. Upaya ini dilakukan untuk mencetak anak-anak Indonesia, menjadi generasi yang unggul.

Pemerintah tidak bisa melakukannya sendiri tanpa dukungan masyarakat. Oleh karena itu dalam arahannya, Mensos mengajak para tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, dan tokoh perempuan agar memperkuat persatuan dan kesatuan di daerahnya masing-masing.

"Kalau ada yang mencurigakan segera cari sumbernya, ada gerakan-gerakan yang tidak lazim segera didiskusikan ada apa ini sehingga daerah yang berpotensi konflik dapat dicegah," ujar Ari.

Seiring dengan pergeseran budaya menuju arah modernisasi, semakin banyak tantangan perbedaan kemajemukan yang dihadapi bangsa ini khususnya generasi muda. "Generasi muda kita yang jumlahnya 129 juta jiwa yang kita harus wariskan negara ini kepada mereka
sekarang mengalami sedikit degradasi," ujar Mensos Ari.

Pengaruh teknologi dan informasi saat ini massive sekali. Media sosial dan aplikasi-aplikasi message dengan bebasnya masuk dan mempengaruhi generasi muda kita. Ari mengatakan jika saat ini orang sangat mudah terpengaruh oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya. "Kita memasuki Post-Truth era" tutur Mensos.

Post-Truth adalah gejala yang hadir bersama hoaks, dikaburkannya publik dari fakta-fakta objektif. Opini publik dapat dibentuk via hoaks sehingga anak-anak muda sekarang mudah sekali terpengaruh oleh informasi-informasi di media sosial yang kelihatannya benar, padahal tidak. Oleh karena itu Mensos sangat menghimbau agar kita berhati-hati terhadap perkembangan generasi muda sekarang. "Mau ke arah lebih baik atau begini-begini saja atau bahkan mundur," tanya Ari.

"Jika ingin ke arah Indonesia yang lebih baik ke depan, ayo mulai dari diri sendiri. Saya orang Indonesia suku Jawa, saya orang Indonesia suku Batak, saya orang Indonesia suku Bugis, saya orang Indonesia suku Asmat, saya orang Indonesia suku Ambon, saya orang Indonesia suku Sunda," tegasnya.

"Tidak ada negara seperti Indonesia, negara yang kaya akan beragam suku bangsa, adat istiadat sehingga penting dan menjadi tugas kita semua melestarikan budaya dan memelihara persatuan kesatuan bangsa," imbuhnya.

Kegiatan sarasehan kearifan lokal yang saat ini masih berlangsung, menurut Mensos sangat penting ditengah kehidupan bernegara yang terus mendapat tantangan. Di beberapa daerah kita tahu bersama akhir-akhir ini banyak terjadi konflik sosial yang sebenarnya bisa kita hindari apabila kita menghargai dan menerima perbedaan yang ada.

Ribuan tahun yang lalu bahkan sampai dengan hari ini, bangsa Indonesia telah hidup bersama bergandengan tangan, para pejuang nenek moyang kita telah berjuang membela negara ini. Oleh karena itu tidak ada kata lain selain kita menjaga perdamaian, persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai cermin ideologi Pancasila.

Di tempat yang sama, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial, Harry Hikmat mengatakan bahwa selain menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, peran media juga harus dimanfaatkan karena pengaruh media sosial saat ini sangat besar dalam kehidupan masyarakat khususnya pada generasi muda.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1803 seconds (0.1#10.140)