Sosok Syarifah Fathimah, Pendakwah dan Penyembuh di Pekojan Semarang

Minggu, 08 Desember 2019 - 06:26 WIB
Sosok Syarifah Fathimah, Pendakwah dan Penyembuh di Pekojan Semarang
Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus yang makamnya di Masjid Djami Pekodjan menyebarkan Islam di Semarang dengan memiliki karomah bisa menyembuhkan. Foto/KORAN SINDO.dok
A A A
Nama Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus tak bisa dilepaskan dari penyebaran agama Islam di Kota Semarang khususnya di daerah yang sekarang dikenal dengan sebutan daerah Pekojan.

Syarifah Fatimah yang makamnya berada di Masjid Djami' Pekodjan, Jalan Petolongan 1 Semarang dipercaya sebagai salah salah satu keturunan Nabi Muhammad SAW dan merupakan salah satu penyebar Agama Islam di Pekojan. Selain itu Syarifah Fatimah juga dikenal sebagai seorang penyembuh.

Tidak bayak literatur yang mengulas jejak penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syarifah Fatimah. Bahkan sesepuh Masjid Djami' Pekodjan pun tidak mengetahui pasti sejarahnya. Masyarakat sekitar hanya tahu, bahwa Syarifah Fatimah adalah salah satu wali Allah yang memiliki karomah mampu menyembuhkan berbagai penyakit.

"Beliau adalah wali Allah yang karismatik, perempuan yang tangguh, dan suka menolong," kata salah satu takmir Masjid Djami' Pekodjan, Ahmad Ali beberapa waktu lalu.

Meski memiliki karomah mampu menyebuhkan berbagai macam penyakit, Syarifah Fatimah diketahui meninggal dalam usia muda dan belum sempat bersuami. Beliau diketahui wafat pada 5 Jumadil Akhir 1290 H.

Ali mengaku, sampai saat ini makam Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus didatangi para peziarah dari berbagai daerah. "Biasanya ramai didatangi peziarah pada hari Jumat," ungkapnya.

Berdasarkan prasasati, Masjid Djami' Pekodjan berdiri di atas tanah wakaf pemberian saudagar Gujarat, India, Khalifah Natar Sab. Sebelum menjadi masjid, telah dilakukan pemugaran dipugar oleh lima panitia utama masjid yaitu habib seperti H Muhammad Ali, H Muhammad Asyari Akwan, H Muhammad Yakub, Alhadi Ahmad, H Muhammad Nur dan H Yakub.

Masjid Djami' Pekodjan dipugar sekitar tahun 1309 Hijriah atau 1878 Masehi. Dan terakhir dilakukan renovasi pada tahun 1975–1980. "Bangunan asli masjid ini hanya seluas sekitar 16 meter persegi menggunakan kayu dan sampai sekarang masih ada," ungkap Ali.

Di Masjid Djami' Pekodjan ini selain terdapat makam Syarifah Fatimah yang dikelilingi makam-makam lain, dan terdapat sebuah pohon yang bernama pohon bidara. Konon pohon bidara yang sudah berusia ratusan tahun itu, benihnya dibawa langsung dari Gujarat.

Namun, siapa yang menaman pohon tersebut tidak ada yang tahu. Pohon bidara diyakini memiliki banyak khasiat khusunya untuk kesehatan. Bahkan menurut penuturan Ali, pernah ada seorang sinse dari Korea Selatan yang sengaja datang untuk meminta daun bidara.

"Sinse itu mengatakan, daun bidara memiliki khasiat luar biasa, dalam menyembuhkan berbagai penyakit, bahkan mampu mengusir jin," ucapnya.
Ali memperkirakan, pohon bidara ini merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia.

Pasalnya, belum pernah dijumpai ada orang yang mampu menyemai atau menanam di daerah lain. "Kalau dibawa keluar tidak bisa hidup," ucapnya.

Di sisi lain, Masjid Djami' Pekodjan ini juga memiliki tradisi unik, yakni selama bulan Ramadan yakni adanya tradisi berbuka puasa bersama dengan makanan bubur India.

Konon tradisi makan bubur India ini dibawa oleh para pedagang muslim dari India yang singgah ke Masjid Djami' Pekodjan. "Dulu orang India saat buka puasa membawa bekal bubur di sini, dan akhirnya orang-orang India itu diminta untuk membuatkan bubur untuk dibagi ke masyarakat," kata salah satu sesepuh pembuat bubur India di Masjid Djami' Pekodjan, Mat Soin.

Selama bulan puasa, Masjid Djami' Pekodjan membuat 20-25 Kg bubur untuk dibagikan kepada masyarakat. Bubur tersebut disajikan dimangkok plastik warni-warni, dengan sayur daging ayam, sapi atau kambing.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.8969 seconds (0.1#10.140)