Ubaya Punya Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan dan Ilmu Akuntansi

Selasa, 10 Desember 2019 - 18:05 WIB
Ubaya Punya Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan dan Ilmu Akuntansi
Rektor Ubaya, Benny Lianto (tengah), bersama dua guru besar usai pengukuhan di Ubaya, Selasa (10/12/2019). Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Universitas Surabaya (Ubaya) kembali mengukuhkan guru besarnya. Kali ini ada ada dua guru besar yang dikukuhkan, yakni Suyanto, dan Sujoko Efferin.

Pengukuhan profesor yang ke-9 ini dilaksanakan dalam Rapat Terbuka Senat Universitas Surabaya, Selasa (10/12/2019). Keduanya berasal dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) Ubaya.

Prosesi pengukuhan ini diikuti oleh seluruh anggota Senat dan dihadiri perwakilan Yayasan Ubaya, perwakilan pimpinan Fakultas Ubaya, dan perwakilan dari LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur. Hadir pula sejumlah keluarga terdekat para profesor dan kolega.

Rektor Ubaya, Benny Lianto dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada kedua guru besar Ubaya yang telah dikukuhkan. Ia mengatakan dengan bertambahnya guru besar tentu akan semakin memperkokoh komitmen mutu dan eksistensi Ubaya.

"Sesuai dengan tema strategis baru Ubaya yaitu 'A New Leap Into the Future', komitmen Ubaya sangat tinggi untuk melakukan lompatan dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM)," katanya.

Hal tersebut diwujudkan dengan dukungan Ubaya yang mendorong dan mempercepat serta memfasilitasi para dosen dalam mencapai level profesionalitas tertingginya.

"Kami bersyukur dan bangga atas keberhasilan dalam mencapai tingkat jabatan fungsional tertinggi dalam menyandang predikat sebagai Guru Besar. Seorang Guru Besar bukan hanya dikaruniai ilmu pengetahuan pada level yang tertinggi, tetapi kepadanya juga dititipkan karisma dan kapasitas yang lebih tinggi untuk menghasilkan karya serta layanan akademik yang lebih baik dari sebelumnya," paparnya.

Benny berharap, kontribusi Universitas Surabaya dalam pembangunan Bangsa dan Negara akan semakin meningkat dengan bertambahnya dua orang Guru Besar dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan dan Ilmu Akuntansi.

Suyanto, tercatat sebagai Guru Besar termuda dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan, sekaligus Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Ubaya.

Ia menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Potensi Penelitian Produktivitas Perusahaan Yang Bersumber Dari Penanaman Modal Asing: Sebuah Area Yang Mulai Diminati".

Menurut Suyanto, kehadiran perusahaan asing memiliki dampak positif dalam meningkatkan produktivitas perusahaan lokal. Namun, dapat menjadi negatif dengan 'mencuri' pasar perusahaan lokal dan mendorongnya keluar dari pasar.

Hal tersebut dapat terjadi ketika skala produksi perusahaan lokal kecil memiliki biaya produksi marginal (marginal costs) yang tinggi, maka keberadaan perusahaan asing akan merugikan perusahaan lokal.

Sebaliknya, perusahaan lokal yang memiliki skala produksi efisien serta marginal costs yang rendah akan mampu bersaing sehingga memperoleh manfaat berupa transfer pengetahuan dari perusahaan asing (MNCs).

Tranfer pengetahuan ini dapat berupa pengetahuan managerial (efisiensi teknis), pengetahuan efisiensi biaya (skala efisiensi), dan pengetahuan peningkatan produksi (kemajuan teknologi).

"Dikarenakan dampaknya bisa negatif dan positif, kebijakan terkait PMA perlu dipastikan bahwa manfaat yang diperoleh melebihi biaya yang terjadi. Kebijakan yang diambil juga perlu selektif dengan memastikan jenis PMA yang masuk ke Indonesia adalah PMA yang memberikan transfer pengetahuan, bukan 'mencuri' pasar perusahaan lokal. Insentif bagi PMA perlu gradasi tergantung dari klaster industri, kemampuan bersaing perusahaan lokal, dan daya ungkit dan daya dorong bagi industri hulu dan industri hilir," ungkap Suyanto, lulusan Doktor bidang Economics and Finance di Curtin University, Australia.

Dosen yang berusia 43 tahun tersebut menjelaskan bahwa hasil penelitian bidang ini mempertimbangkan spektrum baru yaitu kemungkinan terkikisnya kearifan lokal dengan semakin banyaknya Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk.

Kehadiran perusahaan asing men-degradasi kearifan lokal terutama dalam sektor industri makanan dan minuman. Fokus penelitian pada spektum ini akan semakin menghasilkan temuan yang berguna bagi perusahaan-perusahaan lokal Indonesia.

Sedangkan Sujoko Efferin, tercatat sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Akuntansi sekaligus Ketua Pusat Studi Inovasi Industri dan Kewirausahaan Ubaya dengan judul "Membangun Dunia Yang Lebih Baik: Dari Akuntansi Menuju Akuntabilitas dan Spiritualitas".

Dalam orasi ilmiahnya, Sujoko menjelaskan bahwa bisnis bukan sekedar alat untuk mengakumulasi kapital ke dalam entitas sendiri berdasarkan kapitalisme dan prinsip ekonomi sempit belaka.

Bisnis memiliki nafas spiritualitas untuk membangun dunia yang lebih baik. Tanpa spiritualitas, bisnis hanya melahirkan kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan hidup, konflik sosial, terorisme, pemusnahan, dan penderitaan mental seperti ketamakan, ketakutan, kekuatiran, kemarahan, kebencian dan kekosongan hidup.

Berdasarkan hasil penelitiannya, dosen yang telah mempublikasikan karya secara Nasional maupun Internasional ini menekankan bahwa akuntansi hanyalah salah satu sistem pelaporan yang merupakan salah satu aspek dari akuntabilitas.

Pemaknaan dan pengembangan literatur akuntansi perlu diperluas menjadi akuntabilitas. Akuntabilitas akan berjalan beriringan dengan spiritualitas. Saat spiritualitas bertumbuh, maka transformasi bisnis secara lebih luas akan terjadi, dan pilar ekonomi global yang baru akan muncul.

Saat itulah pengetahuan baru akan terus muncul dan berkembang termasuk sistem pelaporan, kurikulum pendidikan, filosofi baru dan pada akhirnya praktek-praktek bisnis berbasis spiritualitas yang makin kreatif dan mampu menyelesaikan berbagai masalah sosial dan lingkungan hidup.

"Bisnis dan organisasi yang dikelola dengan berbasiskan spiritualitas akan menciptakan komitmen organisasi yang tinggi, kinerja yang lebih unggul, kerjasama, kebahagiaan di tempat kerja, kreativitas/inovasi, dan konflik yang berkurang. Spiritualitas akan memberikan hubungan timbal balik yang lebih positif antara organisasi dengan anggotanya, sekaligus antara bisnis dengan stakeholders-nya," pungkas Sujoko, lulusan Doktor bidang Accounting di The University of Manchester, Inggris.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.1990 seconds (0.1#10.140)