Polda Jatim-Bakesbangpol Bentuk Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme

Selasa, 10 Desember 2019 - 19:44 WIB
Polda Jatim-Bakesbangpol Bentuk Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme
Wakapolda Jatim, Brigjen Pol Djamaludin memberi sambutan dalam acara Pembentukan dan Pelatihan Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme di salah satu hotel di Surabaya barat.
A A A
SURABAYA - Polda Jatim bersama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jatim membentuk Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme. Tim ini dibentuk guna meminimalisir potensi aksi radikalisme dan terorisme di Jatim.

Seperti diketahui, pada Minggu (13/5/2018) lampau, Surabaya digemparkan dengan aksi bom bunuh diri disejumlah gereja di kota Pahlawan ini.

Wakapolda Jatim, Brigjen Pol Djamaludin mengatakan, anggota Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme berjumlah 220 orang. Mereka terdiri dari Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polda Jatim dan jajaran serta organisasi masyarakat (ormas) dan juga organisasi non pemerintah yang lain.

Bahkan, sejumlah dosen perguruan tinggi juga dilibatkan dalam tim ini. “Dengan tim ini, kami ingin mengurangi ego sektoral masing-masing. Sehingga masalah radikalisme bisa diatasi dengan baik,” katanya disela acara Pembentukan dan Pelatihan Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme di salah satu hotel di Surabaya barat, Selasa (10/12/2019).

Dia mengungkapkan, persoalan radikalisme dan juga terorisme, diakibatkan pemahanan agama yang masih rendah. Makanya, dengan adanya pelatihan pada Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme, akan mampu menyampaikan secara luas di masyarakat akan bahaya radikalisme.

Tak hanya itu, tim ini juga diharapkan mampu menangkal ajaran radikalisme dan terorisme di masyarakat. “Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme ini baru pertama kali di Indonesia. Tahun depan, kami juga akan menggelar pelatihan serupa,” ujar Djamaludin.

Direktur Binmas Polda Jatim, Kombes Pol Iwan Setiawan menambahkan, pelatihan ini agar digelar hingga tiga hari mendatang. Para peserta akan dididik dan diberi pembekalan terkait materi radikalisme. Sejumlah narasumber penting juga akan hadir. Diantaranya mantan narapidana teroris.

“Yang dari Bhabinkamtibmas yang ikut pelatihan ini sekitar 70 orang. Tahun depan kan ada lagi pelatihan seperti ini. Nah, anggota yang belum ikut, akan kami ikutkan untuk jadi peserta,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Jatim Jonathan Judianto mengatakan, pelatihan pada Tim Penyuluh Terpadu Anti Radikalisme diharapkan mampu melengkapi pemahaman anggota akan bahaya radikalisme dan terorisme.

Salah satu materi yang akan disampaikan adalah soal cara deteksi ini pada kelompok atau orang yang berpotensi melakukan aksi terorisme. “Nantinya, para peserta pelatihan ini akan mendapatkan sertifikasi dari kami,” ujar Jonathan.

Seperti diketahui, jumlah pelaku bom bunuh diri di Surabaya pada Minggu (13/5/2018) lalu sebanyak 13 orang. Semuanya tewas ditempat kejadian saat melakukan aksinya. Para pelaku diduga merupakan jaringan dari Jamaah Ansharut Tauhid (JAD) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Mereka beraksi di sejumlah lokasi. Enam pelaku tewas saat beraksi di tiga gereja di Surabaya. Satu orang di Gereja Pantekosta Jalan Arjuna, tiga orang di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro, dua orang di Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel Madya.

Keenam pelaku ini masih satu keluarga. Sedangkan tiga orang tewas dalam ledakan bom di Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Wonocolo, Sidoarjo yang juga masih satu keluarga.

Terakhir adalah empat pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya pagi tadi. Sementara untuk total jumlah korban tewas dalam peristiwa ledakan bom ini sebanyak 21 orang. Dari rangkaian peristiwa ini, semua melibatkan anak kecil. Baik pengeboman di gereja, di rusunawa maupun Mapolrestabes Surabaya
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.4992 seconds (0.1#10.140)