Ada Pesan Toleransi di Imperfect Karya Ernest Prakasa

Minggu, 15 Desember 2019 - 11:35 WIB
Ada Pesan Toleransi di Imperfect Karya Ernest Prakasa
Sutradara dan para pemain film Imperfect, hadir di Malang Town Square (Matos) usai pemutaran film perdana, Sabtu (14/12/2019) malam. Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
MALANG - Komika Ernest Prakasa dan penulis naskah Meira Anastasia, menghadirkan film terbaru mereka yang diadaptasi dari novel berjudul sama dengan filmnya "Imperfect".

Novel karya Meira Anastasia tersebut, menghadirkan pesan yang sangat kuat tentang kesempurnaan dan ketidaksempurnaan yang selama ini selalu menghantui diri kaum perempuan, dan kehidupan sosial masyarakat.

"Sempurna tidak selalu membuat bahagia. Sebaliknya, ketidaksempurnaan pun tetap akan membawa kebahagiaan jika diterima dengan ikhlas," ujar Ernest Prakasa, yang menjadi sutradara sekaligus menjadi pemeran pembantu di film ini.

Film "Imperfect" yang berkisah tentang ketidaksempurnaan yang bisa diterima dengan bahagia itu, hadir menyapa masyarakat Kota Malang, di Malang Town Square (Matos), Sabtu (14/12/2019) malam.

Untuk mempromosikan film yang akan tayang perdana pada Kamis (19/12/2019) tersebut, sutradara, penulis naskah, dan bintang film "Imperfect" melakukan rangkaian roadshow 10 kota, dan Kota Malang, menjadi kota pertama dalam roadshow ini.

Ada Pesan Toleransi di Imperfect Karya Ernest Prakasa


Bintang utama dalam film ini, Reza Rahadian dan Jessica Mila turut hadir menyemarakkan roadshow di Kota Malang. Melalui film garapannya tersebut, Ernest berharap akan mengedukasi masyarakat, untuk lebih bijak dalam berucap baik verbal maupun melalui berbagai media sosial, agar tidak menyakiti orang lain.

"Melalui film ini kami ingin membangun edukasi di tengah masyarakat yang semakin gemar bermedia sosial, agar saling menghormati, berempati, dan bersimpati, sehingga tidak menyakiti orang lain," tuturnya.

Baginya, film karyanya kali ini memang menghadirkan cerita yang sangat perempuan. Tetapi bukan berarti para kaum laki-laki tidak bisa menyaksikannya.

"Isu dalam film ini, menurut saya sangat penting. Yakni tentang kehidupan sehari-hari kita, yang bisa melakukan body shaming, baik melalui candaan maupun tanpa sadar menyakiti orang lain," ungkapnya.

Hal-hal yang selama ini dianggap biasa oleh masyarakat, seperti menolok-olok perempuan yang bertubuh gemuk, atau berkulit hitam, serta melihat perbedaan sebagai persoalan sosial di tengah masyarakat, dibahas secara ringan di film ini sebagai pesan penyadaran pentingnya menjaga raaa saling menghormati.

Ada Pesan Toleransi di Imperfect Karya Ernest Prakasa


Bukan hanya soal kaum perempuan, Ernest juga secara cerdas menyisipkan pesan perdamaian dalam kebhinekaan. Seperti dalam adegan film yang menggambarkan empat orang wanita berbeda agama, tetapi mereka bisa hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada, tanpa merasa canggung menyebut dirinya memang berbeda.

"Setiap film saya, sengaja menghadirkan cerita-cerita tentang perbedaan agama, suku, dan ras yang bisa hidup berdampingan dengan damai, karena inilah Indonesia kita. Kita harus bisa merawat pernedaan itu dalam perdamaian," ungkap Ernest.

Hal senada juga diungkapkan penulis naskah ffilm "Imperfect", Meira Anastasia. Baginya, film ini memang menghadirkan soal insekuritas (ketidaknyamanan) dalam dunia perempuan, tetapi juga tetap menghadirkan isu-isu minor yang sering muncul di tengah masyarakat, seperti soal agama dan ras.

Bagi Meira, film ini menggambarkan insekuritas bisa dirasakan oleh siapa saja. "Melalui film ini, bisa belajar bersama-sama agar kita saling belajar untuk mengubah ketidaknyamanan itu menjadi rasa syukur, dengan menerima secara iklhas apa yang dimiliki baik kekurangan maupun kelebihannya," ujar istri Ernest Prakasa tersebut.

Bagi Reza Rahardian yang memerankan tokoh Dika, banyak hikmah dalam film ini. Melalui tokoh yang diperankannya, ada cara pandang tentang empati kepada sesama. "Sebagai laki-laki, saya memetik pesan agar tidak sembarangan memberikan komentar tentang perempuan," terangnya.

Hikmah yang sama juga dirasakan Jessica Mila, sehingga bisa menerima dirinya apa adanya. Insekuritas juga banyak dirasakannya, salah satunya takut berbada gemuk, dan pipi yang terlihat chubby.

"Bermain dalam film ini menyadarkan saya untuk menerima diri saya apa adanya, dengan bahagia. Sebelumnya saya sendiri merasakan insekuritas, sehingga takut makan sembarangan agar tidak mendapatkan komentar tentang berat badan," ungkapnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.5942 seconds (0.1#10.140)