BI Proyeksikan Tahun 2020 Ekonomi Jatim Tumbuh 5,8 Persen

Selasa, 17 Desember 2019 - 18:32 WIB
BI Proyeksikan Tahun 2020 Ekonomi Jatim Tumbuh 5,8 Persen
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan ekonomi Jatim di tahun 2020 akan tumbuh 5,8 persen. Foto/Ilustrasi
A A A
SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi Jatim, tahun 2020 diproyeksikan oleh Bank Indonesia (BI) tumbuh pada rentang 5,3 persen hingga 5,8 persen dengan tingkat inflasi yang terjaga.

Pertumbuhan ekonomi Jatim hingga triwulan III 2019 tercatat sebesar 5,32 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy). Capaian itu lebih tinggi disbanding nasional yang sebesar 5,02 persen (yoy).

Sepanjang tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Jatim ditopang oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan informasi komunikasi yang secara konsisten melebihi pertumbuhannya di skala Nasional. Pertumbuhan ini didukung pula oleh inflasi yang terjaga dengan baik.

"Hingga November 2019, inflasi Jatim tercatat sebesar 2,2 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional (3,00 persen). Sampai dengan akhir 2019 akan konsisten dibawah nasional yaitu pada level 2,1 persen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Difi A Johansyah usai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Jatim di Surabaya, Selasa (17/12/2019).

Difi menuturkan, kontribusi Jatim terhadap nasional didukung pula oleh kontribusi devisa Jatim. Devisa ini tidak hanya dari dunia usaha namun juga dari remitansi Pegawai Migran Indonesia (PMI). Devisa Hasil Ekspor (DHE) Jatim tercatat sebesar 94,8 persen dari nilai ekspornya. Angka itu lebih tinggi di atas nasional yang sebesar 90 persen.

Begitupun dengan remitansi PMI Jatim yang merupakan kontributor terbesar remitansi nasional dengan tren yang terus meningkat. "Hal ini menjadi bukti bahwa ekspor maupun remitansi Jatim menjadi sumber utama pasokan valas Indonesia," tutur Difi.

Walaupun demikian, lanjut Difi, berbagai tantangan masih akan dihadapi oleh perekonomian Jatim ke depan. Diantaranya, pertumbuhan kredit Jatim yang relatif lebih rendah dibanding nasional dan peningkatan cukai rokok yang disinyalir akan menurunkan konsumsi dan produksi rokok.

Lalu diperlukan upaya peningkatan produktivitas sejalan dengan peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP), serta neraca perdagangan luar negeri Jatim yang masih defisit. "Untuk menghadapi tantangan tersebut, sinergi dan inovasi menjadi kunci untuk mendorong akselerasi perekonomian," tandas Difi.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menambahkan, kemiskinan yang masih di atas rata-rata nasional menjadi problem yang harus dituntaskan. Selain itu juga masalah ketimpangan antara desa dan kota serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih di bawah IPM Nasional.

"Permasalahan ini memerlukan sinergi dan kolaborasi antara pemerintah daerah, perbankan dan dunia usaha. Harapannya, pertumbuhan ekonomi juga mampu mendorong pengurangan angka kemiskinan," jelas Khofifah.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.2651 seconds (0.1#10.140)