Inilah Target Pertumbuhan Ekonomi Jatim Tahun Depan

Senin, 30 Desember 2019 - 18:15 WIB
Inilah Target Pertumbuhan Ekonomi Jatim Tahun Depan
ilustrasi
A A A
SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) triwulan III 2019 hanya mampu tumbuh diangka 5,52 persen. Capaian tersebut hampir sama seperti realisasi pertumbuhan ekonomi di 2018 yang tercatat 5,50 persen.

Sedangkan di 2020, Pemprov Jatim tak berani mematok pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi. Target pertumbuhan ekonomi Jatim di 2020 diproyeksikan mencapai angka di antara 5,4 persen hingga 5,8 persen.

Kurang dinamisnya ekonomi Jatim terlihat dari sejumlah sektor yang membentuk pertumbuhan ekonomi. Data Pemprov Jatim menunjukkan, selama 2019, pertumbuhan sektor perdagangan Jatim turun dari 6,29 persen menjadi 6,04 persen. Kontribusi sektor industri pengolahan juga melemah dari 7,55 persen pada 2018 menjadi 6,8 persen.

Meski begitu, kontribusi sektor industri pengolahan Jatim terhadap nasional tahun ini menguat dari 22,09 persen pada tahun lalu menjadi 22,62 persen. Sedangkan kontribusi perdagangan Jatim menguat dari 20,61 persen menjadi 21,01 persen.

“Saya optimistis tahun 2020 Jawa Timur akan tumbuh lebih baik lagi. Di tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Jatim lebih tinggi dibanding nasional (5,04 persen). Terjadinya perlambatan (ekonomi di Jatim) karena secara nasional juga sedang mengalami kelesuan,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat memberikan refleksi 2019 dan prioritas program Pemprov 2020 di Ruang Bhinaloka Pemprov Jatim, Minggu (29/12/2019).

Sejumlah program dan strategi dilakukan Pemprov Jatim untuk mampu menggerakkan roda perekonomian. Diantaranya program One Pesantren One Product (OPOP). Program ini diharapkan bisa menjadi pintu masuk penyejahteraan masyarakat dan bangkitnya pertumbuhan ekonomi Jatim. Ini lantaran program tersebut mendorong agar tiap pondok pesantren (ponpes) mampu menciptakan satu produk unggulan. Ke depannya bisa menciptakan lapangan kerja.

Kemudian program SMA Double Track. Program ini merupakan cara dari Pemprov Jatim untuk mencari alternatif solusi menyiapkan lulusan SMA dengan bekal keterampilan dan sertifikat untuk mencari kerja.

Program yang berlangsung sejak 2018 ini terdiri 7 bidang keterampilan. Meliputi multimedia, teknik elektro, teknik listrik, tata boga, tata busana, tata kecantikan, dan teknik kendaraan ringan dengan 17 belas bidang keahlian.

Setidaknya, ada sebanyak 157 sekolah SMA/MA dari 28 Kabupaten di Jatim yang mengikuti program Double Track. Jumlah siswa yang ikut dalam program tersebut sebanyak 23.052 siswa.

Pemprov Jatim juga berupaya meningkatkan transaksi perdagangan, terutama perdagangan dalam negeri. Selama 2019, total nilai transaksi kegiatan misi dagang Jatim sebesar Rp2,24 triliun lebih.

Namun, Pemprov Jatim tetap berhati-hati dalam melakukan perdagangan dengan luar provinsi. Sebab, jika provinsi lain sedang mengalami kelesuan pasar, tetap akan berimbas pada ekonimi Jatim. “Ketika daya beli mereka tinggi, pasti akan memberikan signifikansi terhadap pertumbuhan ekonomi Jatim,” tandas Khofifah.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Jatim Jatim Difi A Johansyah menyatakan, tahun ini kegiatan ekspor-impor Jatim mengalami penurunan. Hal ini salah satunya dipicu aktifitas kredit korporasi yang juga mengalami perlambatan.

Karena itu, kunci pertumbuhan ekonomi Jatim adalah tumbuh bersama. Menurutnya, Jatim harus bisa bersinergi dengan provinsi yang menjadi mitranya untuk tumbuh bersama mendongkrak pertumbuhan ekonominya.

“Saat ini, pola sinergi antar daerah cukup stabil untuk Jatim. Namun, hal itu masih belum sesuai harapan karena mitra Jatim di Indonesia timur masih mengalami perlambatan,” katanya.

Difi berharap, pertumbuhan kredit di Jatim tahun depan bisa mencapai angka 9 persen. Sehingga, ekonomi Jatim bisa bergerak dinamis. Selama triwulan III 2019 kucuran kredit dari perbankan di Jatim mengalami perlambatan yang signifikan.

Berdasarkan Laporan Perekonomian Jatim yang dirilis BI menyebutkan, kucuran kredit di Jatim selama triwulan III 2019 mencapai Rp487 triliun atau hanya tumbuh 5,74 persen. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, penyaluran kredit tumbuh hingga 10,70 persen.

“Jika pertumbuhan kredit di Jatim mencapai 9 persen seperti tahun lalu, saya yakin pertumbuhan ekonomi di Jatim akan mampu mencapai maksimal hingga 5,8 persen,” pungkasnya.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9494 seconds (0.1#10.140)