Alat Pengolah Limbah Batik Mahasiswa ITS Ini Bisa Bantu UMKM

Jum'at, 03 Januari 2020 - 20:30 WIB
Alat Pengolah Limbah Batik Mahasiswa ITS Ini Bisa Bantu UMKM
Mahasiswa ITS menunjukan alat yang bisa mengolah limbah batik.Foto/ist
A A A
SURABAYA - Proses produksi batik yang dilakukan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) seringkali mengalami keterbatasan dalam mengolah limbahnya.

Padahal limbah kimia hasil dari proses pewarnaan batik berbahaya bagi lingkungan. Untuk membantu para pengrajin batik, mahasiswa Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan alat pengolah limbah batik untuk UMKM tersebut.

Alat yang resmi diluncurkan prototipenya kepada UMKM San Ros Batik, akhir bulan lalu, merupakan karya kelompok tiga kuliah lapangan berbasis pengabdian masyarakat yang diadakan Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITS.

Aditya Mardiansyah, salah satu mahasiswa yang juga ketua kelompok menuturkan, dalam proses produksi batik tersebut para pengrajin batik melalui proses pewarnaan menggunakan pewarna tekstil.

"Penggunaan pewarna tekstil sintetis dan proses lainnya seperti proses penghilangan lilin, perendaman serta pembilasan akan menghasilkan zat-zat sisa seperti ceceran sisa lilin maupun sisa air pewarnaan," kata Aditya, Jumat (3/1/2020).

Ia melanjutkan, zat sisa tersebut menghasilkan limbah residu kaya pewarna reaktif dan bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan. Sehingga pengolahan limbah diperlukan sebelum zat tersebut dibuang begitu saja ke lingkungan sekitar.

“Ada suatu kasus di mana pohon pepaya yang secara tidak sengaja tersirami air limbah batik menjadi pahit rasa buahnya, padahal sebelumnya rasa buahnya tidak demikian,” ucapnya.

Meninjau dampak tersebut, lanjutnya, maka dirancanglah alat pengolah limbah batik yang mudah digunakan oleh pengrajin batik UMKM. Rancangan yang dibuat menggunakan metode elektrodegradasi, yaitu perlakuan terhadap polutan yang dapat memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana.

Dalam kasus limbah batik, alat ini memecah senyawa kompleks dalam limbah menjadi senyawa sederhana yaitu H2O (air) dan CO2 (karbon dioksida) yang sudah aman jika dibuang langsung ke lingkungan.

“Kami menggunakan prinsip elektrolisis, di mana perlu elektrolit, elektroda dan sumber listrik,” jelasnya.

Ia menambahkan, cara menggunakan alat ini juga mudah. Pengguna hanya perlu menyambungkan alat dengan listrik kemudian limbah dapat langsung dituang ke dalam tabung akrilik. Setelahnya elektroda dalam alat akan bekerja mendegradasi limbah. Lamanya pengolahan bervariasi, tergantung banyaknya limbah yang dituang.

“Paling cepat 2-3 jam, kalau banyak bisa ditinggal semalaman,” ungkapnya.

Dijelaskan Ardi, elektroda yang digunakan dalam hal ini adalah karbon, karena dinilai memiliki kemampuan menghantarkan listrik dan dapat mempertahankan tingkat panas yang sangat tinggi.

Limbah yang telah selesai diolah dengan alat rancangan timnya menunjukkan perubahan warna dan menghasilkan endapan. Limbah yang sebelumnya berwarna hijau dengan lapisan lilin di dalamnya berubah warna menjadi keruh, yang menandakan bahwa limbah sudah tidak lagi berbahaya bagi lingkungan.

Alat yang dirancang selama dua bulan empat hari tersebut saat merangkainya ini diklaim memiliki banyak keuntungan dengan menggunakan teknologi elektrolisis, dibandingkan dengan teknologi lainnya. Metode ini dinilai kompatibel terhadap lingkungan, efisien energi, aman, dan biayanya terjangkau, sehingga dinilai pas untuk digunakan para pelaku UMKM.

Apalagi perawatan alat ini juga relatif mudah. Pengguna hanya perlu menguras tangki dan membersihkannya dengan peralatan yang mudah dijumpai. Daya listrik yang digunakan juga rendah, hanya 10 watt. “Jadi bisa diibaratkan pengrajin batik seperti memasang satu lampu tambahan saja di rumahnya,” jelasnya.

Roestianingsih, salah satu pengrajin batik UMKM mengaku senang dan terbantu dengan adanya alat ini. “Bermanfaat sekali. Dengan adanya alat ini saya bisa membuang limbah saya tanpa takut mengganggu lingkungan sekitar,” jelasnya

Wanita paruh baya ini berharap alat ciptaan mahasiswa ITS tersebut dapat dikembangkan ke depannya. Mengingat industri batik yang memang sulit sekali dipisahkan dengan proses yang menghasilkan limbah
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.6942 seconds (0.1#10.140)