Gamelan Mojopahit Iringi UWKS Jadi Kampus Budaya Kemojopahitan

Senin, 06 Januari 2020 - 16:51 WIB
Gamelan Mojopahit Iringi UWKS Jadi Kampus Budaya Kemojopahitan
Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya, Soedijatmiko dan pemilik gamelan Majapahit Yohanes Wong, melihat persiapan acara di Pelataran Miniatur Candi Penataran UWKS. Foto/SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Cita-cita pendiri kampus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), untuk menjadikan lembaga pendidikan ini sebagai kampus kemojopahitan mampu diwujudkan.

Awal tahun 2020 ini, UWKS mengukuhan diri menjadi kampus budaya. Pengukuhan itu ditandai dengan diterimanya sertifikat MURI dengan Tetenger Candi Angka Tahun Penataran terbanyak di Indonesia.

UWKS menjadi kampus budaya kemojopahitan karena memiliki jumlah replika Candi Angka Penataran terbanyak di Indonesia dengan jumlah bangunan empat dimensi sebanyak 10 bangunan, relief dua dimensi sebanyak 100 buah, foto dan gambar satu dimensi sebanyak 300 buah dan gambar yang menempel di almamater dan topi sebanyak 10.000 buah.

Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya, Soedijatmiko, mengatakan seritifikat MURI tersebut sesuai rekomendasi dari Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti. Hal itu dilihat dari pernak-pernik fisik kemojopahitan dan dua tower yang mengusung arsitektur perpaduan budaya
dan modern.

"Kami sebagai penerus pendiri, memperjelas apa yang ada dibenak para pendiri yang digambarkan di logo UWKS yaitu gambar candi. Nama Wijaya sebagai nama yayasan dan universitas," katanya.

Gamelan Mojopahit Iringi UWKS Jadi Kampus Budaya Kemojopahitan


Cita-cita pendiri, kata Soedijatmiko, bagaimana membangun UWKS dari kecil menjadi besar seperti Majapahit yang wilayahnya sampai Madagaskar. Selain itu, membangun gedung tidak harus selalu berkonsep internasional.

"Kami berharap kampus UWKS kedepan menjadi kampus pusat kebudayaan, selain tri dharma perguruan tinggi," ujarnya.

Uniknya, acara penyerahan sertifikat muri digelar di Pelataran Miniatur Candi Penataran kampus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. UWKS khusus mendatangkan gamelan asli Mojopahit koleksi Yohanes Wong, yang dibuat sekitar tahun 1200.

Gamelan asli Mojopahit itu akan mengiringi Tari Bedoyo yang merupakan tarian khas Mojopahit. Kemudian disambung dengan penampilan wayang kulit dengan lakon Babad Alas Tarik Berdirinya Kerajaan Mojopahit dengan dalang Ki Sabdho Sutedjo/Tee Boen Liong, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Angkatan 1984 Prodi Akuntansi. Ki Sabdho Sutedjo merupakan salah satu murid alhamum 10 Narto Sabdo.

Pemilik gamelan Majapahit, Yohanes Wong mengakui, bahwa dikeluarkannya koleksi gamelan asli Mojopahit tersebut sebagai bentuk dukungan penuh atas pengukuhan UWKS sebagai kampus kemojopahitan. Menurutnya, kebudayaan Majapahit sangat berarti bagi Indonesia.

"Kita harus memberitakan kalau kita memiliki sesuatu yang memiliki nilai buaya tinggi terutama barang-barang seperti gamelan ini, kita harus mewariskan ke anak cucu kita bahwa peradaban Majapahit sangat bernilai khususnya untuk pembangunan dan pendidikan bagi generasi muda kita," pungkasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 4.6065 seconds (0.1#10.140)