Cuaca Ekstrem, Cara Ini Dilakukan untuk Menyelamatkan Nelayan

Rabu, 08 Januari 2020 - 17:58 WIB
Cuaca Ekstrem, Cara Ini Dilakukan untuk Menyelamatkan Nelayan
Para nelayan di Roomokalisari Surabaya, diharapkan lebih hati-hati ketika melaut di puncak angin kencang yang melanda Surabaya. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Cuaca ekstrem yang terjadi di Kota Pahlawan masih terus berlanjut sampai beberapa hari ke depan. Para nelayan yang mengantungkan rejeki di laut ikut terdampak.

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini menuturkan, berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca dalam seminggu ke depan diprediksi tidak bagus. Makanya ia mengimbau para nelayan agar memperhatikan kondisi cuaca terkini sebelum berangkat melaut.

"Saya sedih kalau ada warga saya yang kena musibah. Karena itu, tolong sekali lagi saja saya titip, kalau cuaca kondisi buruk, tolong jangan dipaksakan untuk melaut," kata Risma pada para nelayan di Roomokalisari, Rabu (8/1/2020).

Sebelum nelayan berangkat melaut, lanjutnya, mereka harus melihat Weather Information Display (WID) untuk mendapatkan informasi seputar kondisi cuaca.

Videotron atau WID tersebut dapat membantu mereka mendapatkan informasi tentang keselamatan perairan. Sebagaimana dapat digunakan sebagai acuan untuk pergi menangkap ikan.

"Semua nelayan harus bisa melihat nanti (WID). Kenapa ini penting, karena ini untuk keselamatan panjenengan (nelayan, red) semuanya," ucapnya.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini berharap kepada para nelayan agar hal ini dilakukan tidak hanya beberapa hari ke depan. Pihaknya berharap, para nelayan itu terus memanfaatkan WID sebelum berangkat melaut.

"Ini saya berharap berlanjut seterusnya, bukan hanya untuk seminggu ini. Saya harap semuanya tetap melihat (WID) itu," katanya.

Kendati demikian, selama para nelayan tersebut berhenti melaut karena kondisi cuaca buruk, Pemkot Surabaya memberikan bantuan berupa beras untuk kebutuhan sehari-hari mereka. "Kalau misalkan nanti cuacanya jelek, nelayan tidak bisa melaut, saya coba memberikan bantuan sedikit, ada beras yang bisa digunakan," ucapnya.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajad menjelaskan, kegiatan pembinaan kepada para nelayan ini rutin dilakukan. Dalam kegiatan ini, Pemkot Surabaya juga menggandeng BMKG, Basarnas dan Polairud untuk mengigatkan kepada nelayan tentang pentingnya alat-alat keselamatan, termasuk informasi cuaca sebelum melaut.

"Kita tahun ini memasang tambahan 3 lagi (WID), jadi ada 6 Weather Information Display (WID), yang diperuntukkan untuk nelayan sebelum melaut bisa terinfomasi, sehingga sebelum melaut mereka bisa memprediksi keadaan cuaca," kata Irvan.

Keenam WID tersebut, telah terpasang di beberapa titik pesisir Kota Surabaya. Tahun 2018, telah terpasang di Taman Suroboyo (Kelurahan Cumpat, Kecamatan Kedungcowek), Masjid Al Mabrur (Kelurahan Nambangan Perak, Kecamatan Kedungcowek), Tambat Labuh Sontoh (Kelurahan Tambak Sarioso, Kecamatan Asemrowo).

Sedangkan di tahun 2019, WID telah terpasang di Sentra Ikan Romokalisari (Jl. Romokalisari I, Benowo Kota Surabaya), Titik Kumpul Nelayan Tambak Wedi (Jl. Tambak Wedi, Kenjeran, Kota Surabaya), dan Titik Kumpul Nelayan Kalisari (Jl. Kalisari, Mulyorejo, Kota Surabaya).

Irvan menjelaskan, data yang ditampilkan di WID didapatkan dari BMKG Maritim Tanjung Perak. Data tersebut merupakan data realtime yang diupdate setiap harinya dan berisi beberapa informasi. Mulai dari suhu, kelembapan udara, cuaca, kecepatan dan arah angin, tinggi gelombang hingga jarak pandang.

"Ini semua terhubung ke SIUTS (Surabaya Integrated Urban Transport System) Joyoboyo, dan ke depan kita akan bekerjasama dengan BMKG untuk bisa terkoneksi dengan Early Warning System bila ada tsunami atau cuaca buruk lainnya, jadi kita sedang berkoordinasi untuk mengajukan," katanya.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya, Taufiq Hermawan menambahkan, kondisi cuaca secara umum di Jawa Timur, termasuk Surabaya, telah memasuki puncak musim penghujan. Biasanya, puncak musim penghujan ini terjadi di bulan Januari dan Februari. “Jadi hingga bulan depan (Februari) kita masih berada di puncak musim hujan, kata Taufiq.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.8442 seconds (0.1#10.140)