Awas! Miras Oplosan Picu Kematian dan Risiko Kebutaan

Rabu, 06 Mei 2020 - 18:04 WIB
loading...
Awas! Miras Oplosan Picu Kematian dan Risiko Kebutaan
Minuman keras (Miras) oplosan sangat berbahaya bagi kesehatan, bisa menimbulkan kebutaan dan kematian. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Pesta minuman keras (miras) yang merengut delapan nyawa di Kabupaten Blitar, menjadi keprihatinan tersendiri. Minuman jenis cukrik yang diracik dengan serbuk minuman berenergi ini membuat organ tubuh rusak dan pengelihatan berkurang.

Koordinator IGD RSUD dr Soetomo Surabaya, Bramantono menuturkan, kasus miras oplosan yang menyebabkan banyak korban jiwa memang sering terjadi. Minuman oplosan ini berbahaya karena dibuat dengan mencampur berbagai macam zat yang dianggap bisa bikin mabuk tapi berbahaya bagi kesehatan.

"Terutama metanolnya. Sering kali para pemabuk mencampurkan zat lain untuk sensasinya, seperti obat nyamuk maupun campuran lainnya," ujar dokter yang akrab disapa Bram ini, Rabu (6/5/2020).

Metanol yang dipakai memang murah. Ditambah lagi jenisnya tidak berwarna, mudah menguap, bau yang mirip dengan alkohol, serta rasa terbakar. Biasanya jenis ini dipakai untuk penghilang cat, pelarut, pernis, maupun cairan pencuci kaca depan.

Ia melanjutkan, pihaknya sering bertanya kepada korban yang memilih untuk mencampur berbagai zat di miras oplosan. Jawaban dari para pemabuk paling banyak adalah mencari efek mabuk yang lebih hebat. "Padahal risiko yang mengintai cukup besar, bisa menyebabkan kematian," jelasnya.

Miras oplosan rata-rata dijual dengan mencampurkan berbagai macam bahan, mulai dari spiritus hingga obat nyamuk. Kandungan alkohol yang ada di miras oplosan biasanya lebih tinggi daripada minuman-minuman keras lainnya yang dijual secara legal.

"Efeknya ketika diminum bisa menyerang ginjal serta organ dalam lainnya. Makanya organ seperti hati dan ginjal yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari racun akan rusak dengan segera. Tanda-tanda yang bisa dilihat mulai mual sampai pengelihatan yang memang berkurang," ucapnya.

Ketika kondisinya terlambat di bawa ke rumah sakit, kata dr Bram, ancaman kematian memang cukup tinggi. Namun, bila penanganannya cepat, mereka bisa diselamatkan nyawanya. "Namun dengan risiko pengelihatan tetap hilang," jelasnya.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1049 seconds (0.1#10.140)