Berkat Pengawet Buah Alami, Mahasiswa ITS Jawara di ISTEC

Jum'at, 17 Januari 2020 - 20:52 WIB
Berkat Pengawet Buah Alami, Mahasiswa ITS Jawara di ISTEC
Mahasiswa ITS membuat pengawet buah alami yang membawanya menjadi jawara di International Science Technology Engineering and Competition (ISTEC) .Foto/ist
A A A
SURABAYA - Mahasiswa Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Ferdi Saepulah dan Filo Sofia Kamila Mukmin mencetak prestasi.

Mereka berhasil menyabet silver medal (medali perak) kategori Science College dalam ajang International Science Technology Engineering and Competition (ISTEC) di Graha Pos Indonesia, Bandung.

Berkat inovasinya Kitoshelium, berupa pengawet alami untuk buah-buahan, mereka berhasil menyabet peringkat kedua pada ajang bergengsi tersebut. Kompetisi ISTEC yang diadakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) ini mengusung tiga kategori yang diperlombakan, yaitu Sains, Engineering, dan Teknologi.

Ferdi menuturkan, setiap tim atau peserta diberikan stan dan memasang poster untuk memamerkan produknya semenarik mungkin. Lalu juri akan memberikan penilaian kepada masing-masing produknya.

“Produk kami berupa pengawet buah-buahan dan kebetulan kita dapat juri dari Afrika Selatan dan Thailand,” katanya, Jumat (17/1/2020).

Pemuda kelahiran Bandung ini menambahkan, inspirasinya muncul dari teman ibunya yang mempunyai usaha salad buah. Namun mempunyai kendala buahnya yang mudah membusuk walaupun dimasukkan ke dalam pendingin, malahan buah akan berkurang kesegarannya.

“Teman Ibu waktu itu menantang saya buat mencari solusi ini, karena saya dari teknik kimia maka dari itu saya menyanggupi dan mencobanya,” jelasnya.

Dengan adanya Kitoshelium, lanjut mahasiswa angkatan 2019 ini, buah yang tadinya hanya bertahan dua sampai tiga hari, bisa sampai seminggu kesegarannya.

Konsep ini seperti formalin, yang bisa mengawetkan makanan, tetapi bedanya Kitoshelium ini berbahan dasar alami. Dari ekstrak minyak bawang dan cangkang kerang hijau yang biasanya menjadi limbah begitu saja.

Dari bahan dasar ini dicampur dengan pelarut asam sitrat. Setelah jadi sebuah larutan, buah yang diperlukan direndam selama tiga menit lalu ditiriskan. “Sebelum digunakan atau dikonsumsi, buah yang sudah ditiriskan tadi masih mengandung bau bawang, namun bisa dihilangkan dengan dicuci terlebih dahulu,” jelasnya.

Bahkan, mereka juga membuat roadmap skala pabrik, rancangan penjualan, dan juga sudah dikomersialkan. “Penjualan dari Kitoshelium ini masih dipromosikan ke mahasiswa sini-sini (ITS, red) aja sih, semoga ke depannya bisa lebih banyak peminatnya,” ujar mahasiswa kelahiran 29 April 1999 ini.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 5.5915 seconds (0.1#10.140)