Jumlah Korban Tewas Jadi 116, Saudi Kutuk Serangan di Yawan

Selasa, 21 Januari 2020 - 07:48 WIB
Jumlah Korban Tewas Jadi 116, Saudi Kutuk Serangan di Yawan
Masjid di kamp militer Yaman, di wilayah Marib diserang rudal pada Sabtu pekan lalu. Foto/Reuters/Ali Owidha
A A A
RIYADH - Jumlah korban tewas serangan rudal mematikan di kamp militer Yaman, bertambah menjadi 116 orang. Hal ini memicu reaksi keras Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Baik Arab Saudi, maupun Uni Emirat Arab, mengutuk serangan rudal tersebut. Pemerintah Yaman, menuduh pemberontak Houthi sebagai pelaku serangan yang berlangsung Sabtu pekan lalu tersebut.

Sumber-sumber pemerintah Yaman mengatakan salah satu rudal menghantam sebuah masjid di kamp militer di Marib saat salat malam berlangsung. Lokasi serangan berjarak sekitar 120 km sebelah timur Sanaa.

"Arab Saudi mengutuk keras serangan teroris yang dilakukan oleh milisi Houthi," kata Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi dalam sebuah pernyataan pada hari Senin yang dilansir Al Jazeera, Selasa (21/1/2020).

"Serangan itu mencerminkan pengabaian milisi teroris ini terhadap tempat-tempat suci dan...terhadap darah (orang) Yaman," lanjut pernyataan tersebut. "Itu juga merusak jalan menuju solusi politik untuk konflik."

Uni Emirat Arab juga mengutuk serangan yang mereka anggap sebagai aksi kriminal tersebut. "(Uni Emirat Arab) menolak semua bentuk kekerasan yang menargetkan keamanan dan stabilitas," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

Korban tewas awalnya dilaporkan sekitar 83 orang dengan 148 orang lainnya terluka. Namun, sumber militer dan medis mengatakan kepada AFP bahwa jumlahnya meningkat menjadi 116 orang.

Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi mengatakan serangan itu membenarkan tanpa keraguan bahwa kaum Houthi tidak menginginkan perdamaian. "Kelompok itu merupakan alat murah Iran di wilayah ini," ujarnya.

Kelompok Houthi tidak secara langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Korban tewas dalam konflik Yaman sering diperdebatkan, tetapi korban tinggi di Marib merupakan salah satu serangan tunggal paling berdarah sejak perang meletus pada September 2014 ketika pemberontak merebut Sanaa, menyingkirkan pemerintah Presiden Hadi yang diakui secara internasional.

Pada bulan Maret 2015, Arab Saudi dan sekutunya campur tangan secara militer dalam konflik untuk membela pemerintah Presiden Hadi.

Puluhan ribu orang, sebagian besar warga sipil, telah terbunuh dan jutaan orang lainnya telantar dalam perang yang telah menghancurkan negara itu. Menurut PBB, perang juga memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0049 seconds (0.1#10.140)