Limbah Cemari Sungai, Bupati Blitar Tegur PT Greenfields

Minggu, 26 Januari 2020 - 20:08 WIB
Limbah Cemari Sungai, Bupati Blitar Tegur PT Greenfields
Ilustrasi pencemaran sungai. Foto/SINDOnews/Dok
A A A
BLITAR - Peternakan sapi PT Greenfields Indonesia menerima teguran terkait limbah kotoran sapi yang dilaporkan masyarakat telah mencemari sungai di wilayah Doko, Kabupaten Blitar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar Krisna Triatmanto mengatakan, teguran itu datang langsung dari Bupati Blitar Rijanto dan DLH Provinsi Jawa Timur.

"Sudah ada teguran dari Pak Bupati dan DLH provinsi. Intinya memerintahkan PT Greenfields memperbaiki pengelolaan kotoran ternak," kata Krisna kepada wartawan.

Di Kabupaten Blitar peternakan sapi perah PT Greenfields berada di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Wlingi.

Anak usaha JAPFA group yang mengekspor produk susunya ke Singapura, Hongkong, Malaysia dan Brunei itu juga memiliki ternak sapi di lereng Gunung Kawi, Kabupaten Malang.

Secara geografis kedua peternakan yang memiliki 12.000 ekor sapi dan berada di dataran tinggi itu berdekatan dengan wilayah Kecamatan Doko.

Sudah tiga bulan ini Sungai Genjong dan Sungai Mbambang di Desa Suru Kecamatan Doko keruh dan bau akibat kotoran sapi yang mengalir ke sungai.

Limbah yang ditengarai berasal dari peternakan PT Greenfields juga membuat mabuk ikan ikan di sungai. Bahkan tidak sedikit yang tewas. "PT Greenfields memang belum sempurna pengeloaaan limbahnya," kata Krisna mengakui kekurangan yang terjadi di PT Greenfields.

Dalam kasus ini pemerintah telah meminta PT Greenfields untuk mengkaji ulang dokumen amdal terutama terkait neraca pengelolaan limbah.

Bagaimana limbah harus melalui proses IPAL dan sesuai baku mutu sebelum dibuang ke lingkungan. "Termasuk juga adanya opsi limbah cair dimanfaatkan untuk pupuk," kata Krisna.

Sementara terkait limbah kotoran sapi bisa sampai ke sungai, Krisna mengaku belum tahu pasti penyebabnya. Dia mengetahui di PT Greenfields terdapat lagun atau kolam penampungan limbah sekaligus aplikasi untuk aliran ke tanah.

Menurut Krisna ada kemungkinan karena limpahan air hujan, limbah yang harusnya diaplikasikan ke tanah meluap. "Kami belum bisa memastikan ada unsur kesengajaan atau tidak. Atau memang kelalaian. Ini diperlukan pantauan lebih teliti di lapangan," jelas dia.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0414 seconds (0.1#10.140)