Rizky Ridho, Tradisi Bek Tangguh Persebaya Bermain Dengan Hati

Jum'at, 21 Februari 2020 - 09:42 WIB
Rizky Ridho, Tradisi Bek Tangguh Persebaya Bermain Dengan Hati
Pemain belakang Persebaya Rizky Ridho berduel udara dengan penyerang Persija Marco Simic. Foto/Ist
A A A
SURABAYA - Di Kota Pahlawan sosok Bejo Sugiantoro adalah role model DNA pejuang di lapangan hijau. Sepakbola memberikan warna bukan hanya berapa gol yang berhasil digelontorkan, tapi juga sekuat apa tim bisa membangun benteng pertahanan yang kokoh.

Beberapa tahun yang lalu, muncul sosok baru dari pembinaan pemain muda, Hansamu Yama Pranata. Pemain jangkung dengan kekuatan duel bola udara serta passing yang mumpuni. Ia menjadi sensasi baru di kelompok umur belia untuk menjadi pemain masa depan sepakbola Indonesia.

Belum surut sensasi itu, muncul nama pemain belakang yang usianya lebih muda lagi, Rachmat Irianto. Anak dari legenda Persebaya Bejo Sugiantoro yang mencoba menapaki jejak ayahnya di belantika sepakbola nasional. Kiprahnya cukup epik ketika memulai karir dari Persebaya muda sampai dipanggil Timnas Indonesia.

Ryan, panggilan akrabnya lebih bermain dinamis. Dia tak hanya tanggung untuk berperan sebagai stopper, tapi juga bisa memainkan peran di berbagai lini lapangan. Dengan usianya yang masih 20 tahun, Ryan mampu dimainkan sebagai bek kiri maupun gelandang.

Produksi pemain belakang tangguh di Surabaya belum berhenti, di perhelatan laga Piala Gubernur Jatim, publik dibuat nyaman ketika ada sosok muda yang selalu menang duel udara, intersep bersih dan penjagaan yang ketat. Sosok yang melekat pada diri Rizky Ridho, pemain bernomor punggung 24 yang masih berusia 18 tahun.

Para Bonek sempat khawatir ketika Hansamu Yama dan Rachmat Irianto absen ketika memenuhi panggilan Timnas Indonesia. Ridho dianggap belum teruji untuk berhadapan dengan para penyerang top di Indonesia.

Risky pun menjawabnya dengan ketenangan. Striker seperti Alberto Goncalves, Greg Nwokolo, dan Jonathan Bauman dibuatnya uring-uringan. Mereka tak bisa bebas untuk berkreasi. Gol pun gagal tercipta dengan kedisiplinan Ridho menjaga pemain dan berduel udara.

Bahkan, striker jempolan Persija Marco Simic harus mati kutu. Berkali-kali Ridho meladeni duel udara dengan Simic yang dikenal sebagai raja bola udara di Indonesia. Pemain jebolan El Faza, klub internal Persebaya itu tak gusar, dia memilih bermain dengan hatinya. Menikmati serangkaian pertandingan seperti kecintaannya pertama kali pada sepakbola. Senyumnya seskali masih bertebaran di sela pertandingan.

Ridho menjadi salah satu pemain yang selalu menjadi starter ketika Tim Bajol Ijo berlaga di sepanjang gelaran Piala Gubernur Jatim. Ridho mengakui kalau dirinya selalu belajar dari banyak kesempatan.

“Jujur, saya belajar dari mereka dengan mempelajari permainannya seperti apa. Jika striker A seperti ini, yang B begini. Jadi saya ikuti alurnya selama beberapa menit, baru bisa mengetahui kelemahannya seperti apa,” kata Ridho, Jumat (21/2/2020).

Pemain yang memulai karirnya sebagai penyerang ini menyerap banyak pengalaman di lapangan. Pertarungan menjadi ruang belajar bagi dirinya untuk mampu memperbaiki diri. “Banyak yang perlu saya benahi,” ucap dia.

Kini, Ridho akan berkolaborasi dengan para legenda dan pemain belakang jempolan Persebaya. Bersama dengan Hansamu dan Ryan, Ridho akan meneruskan tradisi para pejuang di lapangan hijau. Bermain dengan hati dan tak berhenti untuk belajar di setiap kesempatan.
(nth)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 2.6400 seconds (0.1#10.140)