Menteri Erick Thohir Bakal Tutup 10 BUMN Sekarat, Ini Alasannya

Jum'at, 21 Februari 2020 - 19:31 WIB
Menteri Erick Thohir Bakal Tutup 10 BUMN Sekarat, Ini Alasannya
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan, dari 10 perusahaan BUMN yang berstatus sebagai beban (dead weight) atau sekarat nantinya ditertibkan dengan dua opsi. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebutkan, ada 10 BUMN yang berstatus sebagai beban (dead weight) atau sekarat. Perusahaan pelat merah tersebut akan ditertibkan dengan dua opsi, ditutup (likuidasi) atau dimerger.

Erick sejauh ini hanya menyebutkan dua perusahaan yang bakal dilikuidasi. Keduanya yaitu PT Garuda Tauberes yang merupakan anak usaha dari Garuda Indonesia dan selanjutnya adalah PT Pengembangan Armada Niaga Nasional atau PT PANN (Persero). Lantaran, perusahaan ini hanya memiliki 7 karyawan dan bisnisnya tak fokus, karena selain di bisnis pembiayaan tapi juga masuk ke bisnis perhotelan.

"Ya pokoknya kriterianya itu secara keuangan merosot, kompetitifnya berat. Atau bahkan yang mangkrak seperti lima anak perusahan Garuda Indonesia yang siap ditutup," ujar Erick Thohir di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (21/2/2020).

Ia juga menyebut beberapa BUMN yang dalam posisi tidak sehat, dicontohkan seperti PT Industri Sandang Nusantara (Persero), Merpati hingga PT Kertas Kraft Aceh (Persero) yang menyandang status sekarat.

Lebih lanjut Ia menerangkan, sebelum melakukan likuidasi atau merger perusahaan pelat merah, akan dibentuk tim penilaian. Diterangkan olehnya tim ini akan memantau perkembangan dari perusahaan BUMN yang berkinerja buruk.

"Ya ada timnya nanti, yang mana hal itu direksi dan komisaris harus lebih tahu. Maka penting peran komisaris di pengawasan dan direksi pada operasional. Jangan kebolak balik, direksi enggak mau di awasi, komisaris mau ikut operasional," jelasnya.

Kendati demikian, Ia mengaku masih akan mempertimbangkan BUMN mana yang sekarat tapi bisa diselematkan. Adapun penutupan ini dipastikan olehnya akan bersifat transparan dan sesuai data. "Jadi kita ini transparan, kita lagi ambil formula jangan hanya berdasarkan profit akhirnya revaluasi asset provit, cash enggak ada," paparnya.

Sebelumnya PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA menyebutkan tengah menyiapkan sejumlah rencana guna menyehatkan 10 perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) pada akhir 2019 lalu. Dari jumlah tersebut, beberapa di antaranya adalah PT Merpati Nusantara Airlines, PT Kertas Leces, PT Survai Udara Penas, PT Industri Gelas, dan PT Industri Sandang Nusantara.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.3580 seconds (0.1#10.140)