Air Berwarna Hijau itu, Digunakan Warga Mandi dan Minum

Kamis, 18 Oktober 2018 - 04:58 WIB
Air Berwarna Hijau itu, Digunakan Warga Mandi dan Minum
Supaidi warga Dusun Kampung, mengambil air telaga untuk dijual lagi. Meski warnanya hijau, air itu dipakai mandi, cuci dan minum. Foto/SINDONews/Ashadi Iksan
A A A
GRESIK - Kemarau panjang, membuat puluhan desa di delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Gresik dilanda kekeringan. Air bersih, mulai sulit didapatkan oleh warga.

Dusun Kampung, yang masuk wilayah Desa Pucung, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, menjadi satu di antara yang warganya mengalami kekurangan air bersih.

Selama ini, saat musim hujan, sekitar 150 kepala keluarga (KK) sangat bergantung dengan air telaga untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Telaganya, berada di sisi selatan dusun.

"Warga sangat tergantung dengan air telaga, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari," aku Maarif (34) warga Dusun Kampung.

Ada tiga telaga berjajar. Namun, sejak sebulan lalu, tepatnya September 2018, telaga-telaga tersebut mengering. Tidak ada lagi air yang terlihat di telaga dengan kedalaman 1,5 meter.

Hanya satu telaga yang masih terlihat ada airnya. Meski sudah sangat berkurang, namun airnya masih terlihat mencukupi.

Airnya tidak seperti biasa. Tidak lagi jernih dan bersih. Sejak musim kering ini, air telaga tersebut berubah menjadi hijau, bercampur dengan lumut hijau.

"Ya, apa adanya. Meski warna airnya hijau, warga masih mengambilnya untuk kebutuhan sehari-hari," aku Supaidi (64) warga Dusun Kampung.

Tak ada rotan, akarpun jadi. Biarpun air telaga sudah berwarna hijau, tetap dibuat warga untuk mandi, cuci, dan bahkan minum. Karena memang tidak ada pasokan air bersih.

Memang warga tidak mengambil air telaga sendiri-sendiri. Tetapi, pesan dari Supaidi. Warga asli Benjeng itu, keseharianya mengangsu atau mengambil air telaga untuk dijual kepada tetangganya.

Satu gerobak dengan delapan jirigen dijual seharga Rp10 ribu. Setiap hari, Supaidi yang istrinya telah meninggal dua tahun lalu itu, mampu menjual paling sedikit sepuluh gerobak.

"Hampir semua warga Kampung membeli air dari telaga. Walau hijau bisa dipakai masak, mandi dan bahkan dipakai minum dengan cara dimasak serta disaring," papar dia.

Warga Dusun Kampung lainnya, Siti Karomah (45) mengakui, memang air telaga menjadi sumber air bersih yang tersisa. Makanya, kalau tidak ada pengiriman air bersih dari pemerintah, warga mengandalkan air telaga.

"Hijau ini masih lumayan. Biasanya lebih keruh lagi. Ya lumayan untuk masak, mandi, cuci dan kadang minum. Tapi harus dimasak dan disaring," paparnya.

Ya, pengakuan Siti Karomah itu tidak berlebihan. Sebab, untuk membeli air bersih pertangki diharhai Rp180 ribu. Itupun harus menunggu giliran yang lama.

Sementara itu, Sriyono Perangkat Kesra Desa Pucung mengaku, sebagian warga Dusun Kampung masih menggunakan air telaga. Namun, dusun lainnya terbantukan dengan program pamsimas.

"Ada yang mengharapkan air pamsimas. Meski harus antri," ujarnya.

Desa Pucung terdiri dari empat dusun. Selain Dusun Kampung, ada Dusun Pucung, Dusun Tamping, dan Dusun Pulorejo. Dengan penduduk mencapai 1.600 orang.

Sriyono menambhakan, program pansimas ini baru ada dua titik. Pertama dibangun sekitar 2017 lalu dan satu lagi dibangun 2018. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk masih kurang.

"Tapi hasilnya lumayan membantu, meski masih kurang maksimal," pungkasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.7201 seconds (0.1#10.140)