Menteri Agama Tegaskan Tolak LGBT di Hadapan Ulama Madura

Kamis, 18 Oktober 2018 - 10:03 WIB
Menteri Agama Tegaskan Tolak LGBT di Hadapan Ulama Madura
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin dengan tegas menyatakan menolak kehadiran lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Semua agama menurutnya bahkan tidak ada yang menoleransi keberadaan LGBT. Hal itu diungkapkan Menag saat menerima kunjungan sejumlah ulama dari Madura, Jawa Timur, pada Rabu (17/10/2018).

“Terima kasih tiada terhingga dan bersyukur atas kerawuhannya. Hadir jauh-jauh dari Madura untuk melakukan tabayyun. Kaitannya dengan LGBT, semua agama tidak ada yang menoleransi LGBT. Yang menjadi perdebatan adalah apa penyebab LGBT. Dan hingga saat ini tidak ada jawaban tunggal. Ada yang bilang homo adalah masalah medis, ada yang mengatakan faktor genetik, ada yang meyakini ini kesalahan pergaulan, bahkan ada yang menilai itu karena kutukan,” tandas Lukman Saifuddin seperti dilansir laman kemenag.go.id.

Menag menjelaskan kehadirannya dalam sebuah acara yang kemudian menjadi viral bahkan dirinya dituding menyetujui keberadaan LGBT. “Izinkan saya bercerita. Pada 26 Agustus 2016, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mengadakan sebuah kegiatan. Di situ saya diminta menjadi pembicara terkait agama dan pers. Saat itu ternyata AJI juga memberi penghargaan baik secara individu maupun komunitas yang mereka nilai memperjuangkan kemerdekaan media pers, utamanya bagi kalangan marginal,” ungkapnya.

Salah satu yang mendapat penghargaan itu, lanjutnya, adalah komunitas LGBT yang dinilai memperjuangkan kehidupan komunitasnya. Lukman mengaku saat itu tidak mengetahui akan ada penghargaan seperti itu.

“Dalam situasi seperti itu, saya tidak bisa meninggalkan tempat secara cepat. Mengenai sikap. Sikap saya tegas perilaku LGBT tidak bisa ditolerir,” tandasnya. Tetapi, ujar Menag, manusianya yang harus tetap dirangkul dan diayomi. Ketika mereka menyimpang, saat mereka tersesat, sudah menjadi kewajiban semua untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar.

“Karena dakwah, menurut pemahaman saya, berarti mengajak, bukan hanya kepada orang Islam. Tapi, justru mengajak orang yang di luar jalan lurus untuk kembali ke jalan Allah,” paparnya.

Mungkin karena banyak hal, menurut Menag, apa yang dia sampaikan justru dipolitisasi, dipelintir, digoreng, atau apa yang akhirnya disalahpahami. LGBT apa pun alasannya tidak bisa dibenarkan.

“Dan, menurut saya, mereka harus dibimbing dan diarahkan. Ini adalah salah satu fungsi dak wah,” ujarnya. Menag pun berharap para ulama berkenan memberi masukan kepada umara. “Tabayyun seperti ini menambah semangat kami untuk berbenah lebih baik. Bahwa kami tidak sendiri,” tandasnya.

Ulama Madura yang tergabung dalam Aliansi Ulama Madura (AUMA), Forum Kiai Muda, Nahdlatul Ulama, BAS- SRA, dan FPI bersilaturahmi ke Kemenag. Para ulama dari Pulau Garam tersebut mendatangi Kemenag dalam rangka tabayyun (mencari kejelasan) tentang dua hal, yakni LGBT dan buku PAI yang diajarkan di sekolah.

“Kami, dari Madura, mohon pencerahan Pak Menteri mengenai LGBT dan buku ajar agama Islam. Tentang LGBT ba nyak asumsi dalam masyarakat. Takutnya salah tafsir dan ter jadi mis komunikasi. Kami mendapat banyak pertanyaan langsung dari masyarakat. Dan biar kami bisa menjawab deng an benar, maka kami bersilaturahmi ke sini,” ungkap perwakilan ulama.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.9289 seconds (0.1#10.140)