Harga Minyak Mentah Dunia Menyentuh Level Tertinggi

Jum'at, 19 Oktober 2018 - 13:22 WIB
Harga Minyak Mentah Dunia Menyentuh Level Tertinggi
Harga minyak mentah dunia menyentuh level tertinggi pada perdagangan, Jumat (19/10/2018), meski begitu masih berada dalam tren penurunan pada pekan kedua. Foto/Ilustrasi
A A A
SINGAPURA - Di tengah persediaan minyak mentah AS yang melonjak, harga minyak mentah dunia naik hingga menyentuh level tertinggi pada perdagangan, Jumat (19/10/2018).

Lonjakan harga minyak mentah dunia ini, juga terjadi di tengah perang dagang AS versus China, hingga kekhawatiran atas hilangnya seorang wartawan Saudi yang mencuat belakangan ini.

Meski begitu, lonjakan harga minyak mentah dunia ini masih berada dalam tren penurunan pada pekan kedua.

Seperti dilansir Reuters, hari ini harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober naik 27 sen atau 0,4% ke level USD68,92 per barel pada pukul 01.24 GMT. Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan depan, Desember meningkat 34 sen atau 0,4% di posisi USD79,63 per barel.

Pada pekan ini, minyak mentah AS masih menyusut 3,5%, sementara Brent lebih rendah 1,1% hingga menempatkan keduanya di jalur untuk penurunan mingguan kedua berturut-turut.

Persediaan minyak mentah AS pekan lalu naik 6,5 juta barel, membangun mingguan keempat beruntun atau hampir tiga kali lipat dari jumlah yang diperkirakan analis, seperti disampaikan Administrasi Informasi Energi AS.

Persediaan naik tajam, bahkan ketika produksi minyak mentah AS tergelincir 300.000 barel per hari menjadi 10,9 juta bpd pekan lalu, karena efek dari fasilitas lepas pantai yang ditutup sementara karena Badai Michael.

Sementara itu, sentimen lainnya datang saat Presiden Donald Trump mengatakan pada hari Kamis, bahwa dia menduga jurnalis Saudi hilang Jamal Khashoggi sudah mati.

Ditambah Ia beranggapan respons AS terhadap Arab Saudi kemungkinan akan "sangat parah", tetapi dia masih ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya berada dalam dilema tentang bagaimana menanggapi hal tersebut, karena hubungan bisnis yang menguntungkan, termasuk penjualan senjata ke Riyadh.

Sementara itu, ekspor minyak Iran mungkin telah meningkat pada bulan Oktober bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, karena pembeli buru-buru untuk mengangkat lebih banyak kargo menjelang sanksi AS yang mulai berlaku pada 4 November, mendatang.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.4757 seconds (0.1#10.140)