Mendikbud Titipkan Rumus 5C untuk Para Santri di Lamongan

Minggu, 21 Oktober 2018 - 21:00 WIB
Mendikbud Titipkan Rumus 5C untuk Para Santri di Lamongan
Mendikbud Muhajir Efendi berfoto bersama saat kunjungan ke tiga pondok pesantren di Paciran, Lamongan, Minggu (17/10/18). Foto/SINDONews/Ashadi Iksan
A A A
LAMONGAN - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy melakukan kunjungan ke tiga pondok pesantren di Paciran Kabupaten Lamongan, Minggu (17/10/18). Ia meninjau sekolah-sekolah yang diasuh oleh ponpes tersebut dan memberi tausiah di depan ribuan santri dan pengurus.

Tiga pesantren tersebut adalah Karangasem Muhammadiyah, Modern Muhammadiyah dan Al-Islah Sendang Agung, Paciran Lamongan. Di ketiga pesantren, Mendikbud menyerahkan bantuan komputer untuk SMP Muhammadiyah Karangasem, SMP Muhammadiyah Modern, SMP Muhammadiyah 12 Al Islah dan SMK Muhammadiyah Karangasem.

Di hadapan santri, alumni, guru dan ustadz di Ponpes Karangasem, Mendikbud mengajak santri untuk menyiapkan diri menghadapi revolusi industri 4.0. “Santri harus lebih siap dan terbuka menghadapi tantangan,” tuturnya.

Lebih rinci, mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini berpesan agar memperhatikan rumus 5C, yakni critical thinking, creativity, communication skill, collaboration dan confidence.

Meski dalam tradisi pesantren dikenal ketat dengan pelajaran teks agama, Mendikbud berpesan agar santri diajak berfikir kritis melihat dunia luar. Ilmu harus digali secara lebih luas dan mendalam, sesuai konteks, tetapi harus tetap kuat memegang akidah.

Di sisi lain, kreativitas juga harus ditunjukkan sepanjang waktu dengan cara membuat terobosan dan menemukan sesuatu yang baru. “Di Muhammadiyah tradisi kreatif sudah dimulai sejak KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), yakni dengan membuat sistem pendidikan modern pada zamannya,” kata Mendikbud.

“Santri yang tidak kreatif akan ditinggalkan oleh zaman,” lanjutnya.

Sementara itu disamping memiliki jaringan luas dan berkolaborasi, keterampilan menulis dan berbicara di hadapan publik juga menjadi keharusan. Kata Mendikbud, seseorang tidak akan kelihatan cerdas jika tidak bisa menyampaikan gagasannya dengan baik.

“Untuk itu keterampilan komunikasi dan kepercayaan diri sangat penting,” tuturnya.

Di ketiga kesempatan ini Mendikbud juga menyampaikan pesan presiden Joko Widodo untuk senantiasa menjaga negara yang sangat besar ini. Indonesia adalah negara yang memiliki luas seperti daratan Eropa dengan ratusan suku dan ribuan pulau.

Tokoh-tokoh Muhammadiyah terdahulu, kata Mendikbud, telah merintis nilai-nilai kebangsaan yang sangat kuat. Sebut misalnya, Jenderal Sudirman yang mendirikan TNI, Ki Bagus Hadikusumo perintis kemerdekaan dan perumus UUD 45, dan IR Juanda yang memperjuangkan wilayah laut sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Sebagai penerus kemerdekaan tidak mungkin Muhammadiyah menghianati apa yang sudah diperjuangkan oleh pendahulunya,” papar Mendikbud. Oleh karena itulah bagi Muhammadiyah NKRI adalah negara yang sudah final sebagai hasil kesepakatan (darul ahdi wa sahadah).

Pengasuh Ponpes Karangasem, KH Hakam Mubarrok mengatakan kehadiran Mendikbud sangat strategis untuk memotivasi santrinya.

“Setiap tokoh, apalagi tokoh Muhammadiyah sangat kita harapkan menjadi panutan bagi santri-santri kami,” ungkap pemimpin ponpes yang kini genap berusia 70 tahun itu.

Hal serupa juga dikemukakan pengasuh Ponpes Modern KH Abdul Munir dan Ponpes Al-Islah KH M Dawam Soleh.

Munir berharap Mendikbud tetap memperhatikan basis pendidikan di Muhammadiyah meski sudah menjadi pejabat publik.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.4992 seconds (0.1#10.140)