Cerita Cinta dan Keberanian Mereka di Garis Depan Melawan Corona

Rabu, 18 Maret 2020 - 22:38 WIB
Cerita Cinta dan Keberanian Mereka di Garis Depan Melawan Corona
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, Ungky Agus Setiawan (40), menjadi salah satu dokter di garis depan yang menangani Covod-19. Foto/SINDOnews/Yuswantoro
A A A
Masker berwarna hijau menempel rapat di wajahnya. Hampir separuh wajahnya tertutup kain tipis itu. Nampak tatapan matanya yang lembut penuh cinta, dan keteduhan.

(Baca juga: 2 Positif Covid-19, Begini Virus Corona Itu Masuk ke Malang )

Suaranya tenangnya, kadang terdengar bergetar saat bertutur tentang kasus penyakit yang kini ditanganinya. Bahkan, titik air mata juga sempat menitik dari ujung matanya yang lembut.

Tidak main-main, lelaki bernama lengkap Ungky Agus Setiawan ini, menjadi salah satu dokter yang berada di garis depan dalam menangani virus Corona, Covid-19.

"Rasa takut itu pasti ada, namun ini demi masyarakat semuanya. Kalau tidak kita tangani, siapa lagi?," ungkap dokter yang sudah 10 tahun ini mengabdi dan melayani masyarakat di Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang, sebagai spesialis paru.

Semangatnya begitu menggelegar, ketika panggilan datang untuk segera menangani pasien yang terpapar virus Corona. Rasa takut itu, segera disimpannya di ruang gelap yang paling dalam di hatinya.

Jiwanya terpanggil untuk kemanusiaan. Tak ingin masyarakat semakin dibuat resah dengan virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China tersebut. "Kami selalu bekerjasama dengan semuanya di garis depan," tuturnya.

Tak ada seikitpun rasa egois di antara tatapannya yang sederhana. Pria yang kini berusia 40 tahun itu mengaku, di tim penanganan Covid-19, ditanamkan jiwa untuk saling bekerjasama.

"Perawat, dokter, petugas laboratorium, hingga petugas kebersihan, semua saling bekerjasama. Tidak ada yang merasa paling penting. Semua memiliki peran yang penting, dan menentukan," tuturnya.

Alat perlindungan diri (APD), harus selalu dikenakannya dengan standar keamanan tinggi saat menangani pasien. Bahkan, selepas menangani pasien, semuanya harus mandi bersih untuk mengurangi resiko terpapar virus yang belum ada obatnya itu.

Multi vitamin, untuk menjaga daya tahan tubuh, juga harus mereka konsumsi setiap hari. Ini penting untuk menjaga daya tahan tubuh menghadapi kerja berat di garis depan. "Kita berada di garis depan, layaknya tentara. Sehingga harus terus menjaga diri," tuturnya.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) Malang ini menegaskan, selain kerjasama antar anggota tim. Di tim tersebut, juga harus menanamkan rasa optimisme bekerja untuk kemanusiaan.

"Kami juga harus bisa mengetahui batasan kemampuan diri. Bekerja sesuai dengan porsi. Kalau memang sudah lelah harus segera beristirahat. Semua ada batasannya. Kewaspadaan tinggi harus diterapkan," tegasnya.

Dia menyebutkan, pasien positif Covid-19 yang pertama ditanganinya, saat ini sudah menunjukkan peningkatan kondisi kesehatannya. "Pasien semakin membaik, dan tentunya akan terus ditangani secara intensif," imbuhnya.

Satu pasien lagi telah meninggal dunia. Yakni seorang perempuan yang sudah berusia 51 tahun. Selain positif Covod-19, pasien juga mengalami komplikasi penyakit diabetes dan gangguan jantung.

Ungki menyebutkan, Covid-19 memang belum ada obatnya, sehingga yang bisa dilakukan adalah terapi untuk meningkatkan kondisi imunitas tubuh pasien, agar pasien bisa sembuh dari serangan virus tersebut.

Peningkatan imunitas terhadap pasien positif Covid-19 tersebut, menurutnya bisa dilakukan dengan peberian oksigen dan cairan. Selain itu, kondisi imunitas pasien yang menurun karena inveksi virus dan kemungkinan inveksi skunder, bisa ditambahkan antibiotik.

"Pasien juga bisa diterapi dengan imuno stabilisator untuk menstabilkan imunitas tubuh pasien. Yang tidak kalah penting adalah dukungan untuk pasien agar terus bersemangat dan tidak berpikir negatif, karena pikiran negatif dan depresi pada pasien akan memperburuk kondisi kesehatannya," tegas Ungki.

Ketelatenan, kesabaran, dan semangat tinggi Ungki, serta anggota tim di garis depan penanganan Covid-19, menjadi bagian sangat penting untuk melawan virus mematikan ini. Mereka pahlawan yang terus berjihad, penuh keberanian mengambil segala resiko paling buruk terhadap dirinya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3264 seconds (0.1#10.140)