RI Datangkan Lima Juta Obat dari Jepang untuk Lawan Corona

Sabtu, 21 Maret 2020 - 07:15 WIB
RI Datangkan Lima Juta Obat dari Jepang untuk Lawan Corona
ilustrasi
A A A
JAKARTA - Antivirus untuk penyakit corona belum juga ditemukan. Namun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pemerintah telah menyiapkan dua obat untuk penanganan pasien yang positif corona. Dua obat itu yakni avigan dan chloroquine. Sejumlah negara seperti China dan Jepang diketahui menggunakan obat ini dan terbukti cukup ampuh.

“Kita telah mendatangkan 5.000 (avigan) akan kita coba. Dan dalam proses pemesanan 2 juta. Kemudian yang kedua chloroquine ini kita telah siap 3 juta,” jelas Jokowi saat konferensi pers di Jakarta kemarin.

Langkah mendatangkan avigan dan chloroquine ini, tandas Jokowi, adalah bagian upaya pemerintah untuk mengatasi wabah yang terus merebak di berbagai wilayah saat ini. Dari data yang dirilis pemerintah kemarin, jumlah kasus positif corona di Indonesia terus bertambah menjadi 369. Adapun jumlah pasien yang meninggal dunia adalah 32 orang dari sehari sebelumnya sebanyak 25 orang. Wilayah sebaran juga terus bertambah, yakni Riau dan Sulawesi Tenggara.

“Kecepatan ini yang ingin saya sampaikan bahwa kita tidak diam. Tetapi mencari hal-hal, informasi-informasi apa yang bisa kita agar dapat menyelesaikan Covid-19 ini,” paparnya.

Jokowi meminta kepada BUMN farmasi yang memproduksi obat ini untuk memperbanyak produknya. Dia mengatakan bahwa obat tersebut akan segera sampai kepada pasien positif, baik melalui fasilitas kesehatan maupun jemput bola.

“Obat tersebut akan sampai kepada pasien yang membutuhkan melalui dokter keliling dari rumah ke rumah, melalui rumah sakit dan puskesmas di kawasan yang terinfeksi,” terangnya.

Sembuhkan Banyak Pasien

Avigan atau yang juga dikenal dengan favipiravir atau favilavir, diketahui merupakan obat antivirus yang dikembangkan oleh Toyama Chemical of Japan dengan aktivitas melawan banyak virus RNA. Pada Februari 2020, avigan sedang dipelajari di China untuk pengobatan eksperimental penyakit Covid-19.

Pada 17 Maret, pemerintah China lantas menyarankan penggunaan obat itu untuk mengobati pasien Covid-19 di Wuhan dan Shenzhen. Uji klinis yang melibatkan 340 orang dua kota itu menunjukkan hasil yang positif.

Dalam percobaan yang dilakukan pada hewan, avigan juga menunjukkan aktivitas mampu melawan virus influenza, virus west nile, virus yellow fever, hingga virus zika. Di Jepang, avigan digunakan untuk mengobati influenza dan terbukti efektif untuk mengobati virus korona baru yang menyebabkan Covid-19.

"Ini memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan jelas efektif dalam perawatan," kata Zhang Xinmin dari Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, seperti dilansir dari The Guardian.

Pasien yang diberi avigan di Shenzhen berubah negatif setelah rata-rata empat hari dinyatakan positif, dibandingkan rata-rata 11 hari mereka yang tidak diobati dengan obat. Selain itu, berdasarkan hasil sinar-X terlihat peningkatan kondisi paru-paru sekitar 91% pada pasien yang diobati dengan avigan, dibandingkan dengan 62% pada mereka yang tidak menggunakan obat.

Dilansir dari Live Science, dalam uji coba Wuhan, obat itu berhasil memperpendek durasi demam pasien dari rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari. Obat ini secara khusus dibuat untuk mengobati virus RNA seperti Covid-19 yang materi genetik utamanya adalah RNA, bukan DNA. Obat ini menghentikan beberapa virus dari replikasi dengan melumpuhkan enzim (zat yang menyebabkan reaksi kimia) disebut RNA polimerase, yang membangun RNA.

Dokter di Jepang pun menggunakan obat yang sama dalam studi klinis pada pasien Coronavirus dengan gejala ringan hingga sedang dan diharapkan dapat mencegah virus berkembang biak pada pasien. Namun, obat tersebut tampaknya kurang efektif pada pasien dengan gejala berat. (Baca juga: Jokowi: saya Kerahkan Seluruh Kekuatan unuk Tangani Corona)

"Kami telah memberi avigan kepada 70 hingga 80 orang, tetapi tampaknya tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda," ujar seorang sumber dari Kementerian Kesehatan Jepang.

Kondisi sama terlihat dalam beberapa studi pada pasien virus corona dengan kombinasi antiretroviral HIV seperti lopinavir dan ritonavir. Pada 2016, pemerintah Jepang menyuplai favipiravir sebagai bantuan darurat untuk melawan wabah virus ebola di Guinea.
(msd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.5083 seconds (0.1#10.140)