APD Langka, ITS Produksi Face Shield Mask untuk Atasi Corona

Selasa, 24 Maret 2020 - 16:15 WIB
APD Langka, ITS Produksi Face Shield Mask untuk Atasi Corona
Face Shield Mask buatan ITS Surabaya, mulai diproduksi untuk memenuhi kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) yang mulai langka di pasaran. Foto/Ist.
A A A
SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, mulai membuat Alat Pelindung Diri (APD) berupa Face Shield Mask yang diproduksi secara mandiri. Langkah ini diambil setelah persediaan APD bagi tenaga medis mulai langka.

Kepala Laboratorium Integrated Digital Design Departemen Desain Produk Industri ITS Surabaya, Djoko Kuswanto menuturkan, target produksi dari Face Shield Mask ini dapat memenuhi 500-1.000 item setiap hari. "Sejak Sabtu (21/3/2020) lalu, gagasan ini telah diupayakan untuk mencapai target tersebut," katanya, Selasa (24/3/2020).

Ia melanjutkan, panic buying menjadi salah satu bentuk respon masyarakat terhadap merebaknya Covid-19 ini. Kondisi ini membuat stok barang terus menipis. "Dunia medis pun ikut terguncang, dengan berkurangnya APD, akibat panic buying, yang sebetulnya sangat dibutuhkan tenaga medis," ucapnya.

Jumlah APD yang kian menurun inilah, katanya, membuat ITS bersama Asosiasi Printer 3D Indonesia ikut memberikan bantuan APD dengan memproduksi Face Shield Mask ini.

Koordinator Asosiasi Printer 3D Indonesia chapter Jatim ini menambahkan, Face Shield Mask dipilih karena mudah dibuat dengan estimasi waktu pembuatan yang terbilang cepat. "Apalagi, masker menjadi kebutuhan yang mendesak saat ini," ungkapnya.

Berdasarkan dari data yang diterima Laboratorium Integrated Digital Design ITS, saat ini kebutuhan masker mencapai 270.000 buah. Didukung fakta tersebut, Djoko menuturkan bahwa akan ada dua jenis prosedur produksi yang diterapkan. Tujuannya adalah efisiensi kerja produksi.

Metode 3D Printing menjadi opsi pertama. Cara kerjanya adalah dengan menata bahan berupa lelehan sehingga menjadi benda yang dikonsepkan. Kelebihan metode 3D Printing sendiri yakni barang dapat terproduksi lebih detail sesuai yang dirancang.

"Tapi untuk kondisi gawat seperti saat ini, 3D Printing memakan waktu produksi yang cenderung lama. Maka alat yang dikenal dengan CNC Router menjadi opsi untuk mengatasi hal itu," jelasnya.

CNC Router merupakan mesin yang dilengkapi dengan digital signal processing (DSP) dalam proses memotong atau mengukir suatu bahan tertentu. Secara singkat, Djoko menuturkan bahwa sistem kerja dengan CNC Router adalah substractive atau dengan melakukan pengurangan. "Dari bahan yang utuh, bahan diukir sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang diinginkan," katanya.

Dengan menggunakan bantuan CNC Router, bekerja sama dengan Laboratorium Protomodel ITS, kecepatan produksi Face Shield Mask ini diharapkan dapat segera memenuhi kebutuhan, khususnya di Jawa Timur dengan permintaan yang telah mencapai 35.000 buah.

Djoko menyebutkan, satu CNC Router memiliki kecepatan produksi hampir sama dengan 200 sampai 400 printer sekaligus. "CNC Router kemudian kami pilih sebagai cara yang diprioritaskan," ujarnya.

Dari dua prosedur yang diterapkan, diambil juga dua bahan yang menjadi komposisi satu jenis dari APD ini. Kata Pendiri Rumah Prototesis Indonesia ini, digunakan dua jenis plastik untuk membuat masker darurat ini. Yaitu plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan Polyethylene terephthalate (PET). Masker darurat ini pun harus diproduksi dengan memerhatikan keamanan bahan yang digunakan.

Kedua jenis plastik yang dipilih, menurut Djoko, adalah dua jenis plastik yang aman digunakan termasuk untuk kepentingan medis. Pasalnya, dua jenis plastik itu juga dapat digunakan sebagai pengemas bahan pangan.

Selain itu, baik plastik HDPE dan PET, keduanya sama-sama mudah ditemukan di pasaran. "Kemudahan ini begitu mendukung proses produksi, di tengah anjuran untuk social distancing," tegasnya.
(eyt)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3893 seconds (0.1#10.140)